Laman

Selasa, 24 Agustus 2010

Laporan Akhir MPG (Metode Penelitian Geografi)


A. Pendahuluan

1. Persiapan di Kampus

Pagi itu hari Jumat, 25 Juni 2010 kami mahasiwa Geografi Uncen Angkatan 2007 hendak pergi ke Kampung Yobeh untuk melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan Metode Penelitian Geografi. Tetapi sebelumnya kami mulai berkumpul di kampus dari Pukul 07.30 WIT. Saya sendiri tiba dikampus pukul 08.30 WIT, dan sambil menunggu dosen pembimbing dan teman-teman yang lain, kami mempersiapkan pengeras suara/wireless untuk menunjang kegiatan pelepasan mahasiswa peserta PKL MPG. Pukul 09.15 WIT dosen pembimbing kami tiba di kampus, dan sambil menunggu teman-teman yang lain dosen pembimbing kami memberikan arahan dan menjelaskan tentang jadwal PKL. Setelah selesai memberikan arahan singkat tentang jadwal, dosen pembimbing PKL MPG Bapak Drs. John Rahail, M.Kes, berjalan menuju ruangan Pembantu Dekan I FKIP untuk memohon kesedian PD I agar dapat memberikan sambutan sekaligus melepas peserta Praktek Kuliah Lapangan (PKL) MPG ke kampung Yobeh. Namun berhubung PD I tidak berada ditempat maka dosen pembimbing kami menghubungi dua dosen senior untuk turut hadir dan memberikan sambutan serta melepas peserta Praktek Kuliah Lapangan Metode Penelitian Geografi.

Sambil menunggu dosen pembimbing yang sedang menghubungi Bapak Drs. David Wambrauw, M.Si, Bus UNCEN tiba didepan Laboratorium Pendidikan Geografi pukul 09.25 WIT, agar tidak membuang-buang waktu, kami mengemas tas dan alat-alat konsumsi ke dalam Bus. Selang beberapa menit Bapak Drs. Marsum dan Bapak Drs. David Wambrauw, M.Si tiba di Laboratorium Pendidikan Geografi. Kemudian K’Budy mulai memandu acara pelepasan peserta, selanjutnya menyerahkan ke dosen pembimbing PKL untuk menjelaskan tujuan dilaksanakannya praktek kuliah lapangan adalah untuk mempraktekkan hal-hal yang diperoleh dalam bangku kuliah ketika turun ke lapangan.

Setelah menyampaikan tujuan pelaksanakan PKL maka dosen pembimbing kami Bapak Drs. John Rahail, M.Kes memberi kesempatan kepada Bapak Drs. Marsum, M.Si untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya “Bapak Drs. Marsum mengatakan bahwa jenis-jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, sehingga yang hendak kita lakukan adalah bagaimana mengambil data primer sehingga kita harus melakukan praktek lapangan agar dapat mengetahui bagaimana cara mengambil data yang baik. Selanjutnya dikatakan bahwa agar dapat mengetahui bagaimana cara melakukan pengambilan data yang baik, maka kita harus membaca teori-teori yang dperoleh dalam bangku kuliah juga literatur-literatur yang mendukung. Dalam sambutannya juga, Drs. Marsum, M.Si berpesan agar jangan kami menimbulakan masalah ketika berada di lapangan, dan hal-hal yang ditemukan dilapangan dan perlu untuk dicatat, harap supaya dicatat dan bila perlu catat sebanyak-banyaknya. Selain itu pula Bapak mengaharapkan agar kita harus menjaga citra lembaga atau almamater tercinta Universitas Cenderawasih dan jangan kami menjanjikan hal apapun pada masyarakat yang ada di kampung Yobeh. Selanjutnya Bapak menekankan agar kita harus meninggalkan kesan yang positif bagi masyakat yang ada di kampung Yobeh. Mengakhiri sambutannya Bapak Drs. Masum, M.Si mengingatkan agar hal-hal yang menyangkut individu harap disiapkan dengan baik, karena setiap kami dalam tim PKL MPG pasti mempunyai keluhan masing-masing, dan beliau mengharapkan agar kegiatan Praktek Kerja Lapangan dapat berlangsung dengan baik.

Selanjutnya diberikan kesempatan kepada Bapak Drs. David Wambarauw, M.Si untuk memberikan sambutannya sekaligus melepas peserta PKL MPG, dalam sambutannya Bapak mengatakan bahwa “Kami sebagai mahasiswa harus bersyukur, karena kami memiliki satu peluang untuk belajar, beliau mengaharapakan agar kami harus terus belajar dan berjuang agar dapat melebihi gelarnya. Hal yang paling ditekankan oleh Bapak Drs. David Wambrauw, M.Si adalah ketika seseorang sudah bisa melakukan penelitian dan penulisan, maka Ia dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu S-2. Beliau mengatakan bahwa jika kita tidak menulis, maka ketika bekerja dan pangkat serta golongan kita tidak akan naik-naik karena kita tidak memiliki keterampilan dalam penelitian dan penulis, sehingga beliau mengharapakan agar kami sebagai mahasiswa Geografi harus belajar untuk meneliti dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah. Mengakhiri sambutannya beliau sekedar intermeso dengan mengatakan bahwa “Jika kami kembali dari kampung Yobeh, kami harus kembali dalam jumlah yang sama, janga sampai lebih, karena biasanya mahasiswa yang melakukan penelitian-penelitian ke kampung pasti akan pulang ke kota dengan membawa bunga desa.” Setelah itu beliau memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan atas nama Ketua Program Studi beserta staf pengajar yang ada di Program Studi Geografi beliau melepas kami untuk pergi ke kampung Yobeh melakasanakan Praktek Kerja Lapangan Metodologi Penelitian Geografi. Saat itu jarum jam menunjukan pukul 09.50 WIT, sebelum kami bergegas untuk naik ke Bus, kami melakukan Doa bersama yang dipimpin oleh Saudari Eka Yeimo. Selanjutnya kami foto bersama dengan kedua Dosen Senior kami yaitu Bapak Drs. David Wambrauw dan Drs. Marsum, M.Si, setelah itu kami bergegas untuk naik ke Bus.

2. Perjalanan (Pergi & Pulang)

(Perjalanan Ke Kampung Yobeh)

Dua menit sebelum pukul 10.00 WIT kami bertolak dari Kampus UNCEN menuju ke kampung Yobeh, setelah kami keluar di Gapura UNCEN kenderaan boleh dikatakan masih cukup ramai tetapi tidak seramai pagi harinya ketika jam masuk kantor, jam masuk kampus dan aktivitas ke pasar. Kamipun menumpangi Bus, jika kita sudah lama tinggal di Kota Abepura maka kita akan mengetahui julukan untuk Abepura yaitu “Abepura Kota Pelajar” dan hal ini memang pantas diberikan bagi Abepura karena dipinggiran jalur jalan Abepura-Sentani berdiri satu Kampus Negeri yang terkemuka dan terkenal di Papua yaitu Universitas Cenderawasih, disamping itu pula ada dua kampus swasta yaitu USTJ, STT I.S Kijne, STFT Fajar Timur serta terdapat satu Akademi Keperawatan yang dikelola oleh BAPELKES Jayapura, yang berlokasi di Padang Bulan II tepatnya di pinggiran perbukitan denudasional. Selain Universitas, Sekolah Tinggi dan Akademi terdapat pula SMP bahkan SD. Di sepanjang wilayah Abepura hingga Waena Kampung, tepatnya di batas Kota/Kabupaten hany terdapat ± dua SMP yang terletak dipinggiran jalan yaitu SMP YPPK Santo Paulus dan SMP Advent, dan juga dua bangunan SD yang terletak dipinggiran jalan yaitu SD Advent dan SD YPK Yoka Baru. Seperti tadi sudah saya utarakan bahwa Abepura di juluki sebagai Kota Pejalar, namun bagi saya hal tersebut sudah tidak lagi nampak karena dari wilayah Padang Bulan dua tepatnya didepan Asrama Mahasiswa Pdt. Yan Mamoribo sudah nampak Ruko-ruko yang berjejer hingga tanjakan ale-ale. Kita ketahui bersama bahwa dari deretan ruko-ruko tersebut ada satu Ruko yang amat tinggi yaitu Hola Plaza, letaknya di sebelah barat Asrama Acemo dan Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA). Dan dibagian belakang tepatnya sebelah selatan Hola Plaza terdapat satu bukti yang telah dieksploitasi batuannya untuk dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan dan material timbunan untuk pengaspalan. Ketika kami sampai di depan Denzipur turun hujan rintik-rintik karena cuaca pagi itu lagi mendung, didepan Denzipur Waena terdapat Taman Makam Pahalawan Kesuma Trikora, sebelum dua lokasi TNI ini terdapat pula Balai Pemantau Spektrum Frekuensi Radio, juga ada terdapat bak penampungan air milik PDAM serta adanya dua tempat penjualan bunga hidup.

Dalam perjalanan, kami sempat berhenti didepan Bucen Waena tepatnya di Depot Air Minum untuk mengisi air Galon. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan, walaupun ada persimpangan Traffic Lamp tapi kami tidak berhenti karena Bus yang kami tumpangi tujuan Sentani. Di dekat persimpangan Traffic Lamp ada terdapat Bank Papua dan ± 300m Bank Mandiri dan Bank BRI Waena dan ±50m berdiri sebuah Supermarket & Dept Store Mega Waena, serta disebelah perempatan jalan terdapat Pengadilan Tata Usaha Negara, semuanya terletak disebelah kiri jalan jika kita dari arah Abepura-Sentani.

Taksi-taksi yang biasanya melayani wilayah Abepura dan sekitarnya serta taksi dari Sentani tempat akhir untuk mengangkut dan menurunkan penumpang berada di Expo Waena, disampin Museum Budaya Papua tepatnya dipersimpangan Buper Waena, tempat dimana taksi Abe dan Sentani parkir ini dinamakan sebagi Terminal, tetapi bagi saya sangat tidak cocok sebagai kawasan terminal karena tidak ada tempat yang luas bagi taksi-taksi untuk parkir, ataukah Expo Waena dijadikan sebagai kawasan terminal karena dekat dengan SPBU Waena hal ini belum tentu benar, tetapi dari informasi yang pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos diplot menjadi terminal karena dekat dengan Batas Kota antara Kota Jayapura dengan Kabupaten Jayapura.

Dalam perjalanan hingga tikungan yang ada disekitar wilayah Waena Kampung, saya kaget karena wilayah dua tahun lalu yang saya lihat sebagai hutan Sagu sekarang telah direklamasi, tetapi saya tidak tahu hutan sagu ditebang dan direkalamasi untuk kepentingan apa. Perjalanan dilanjutkan, dan sebelum batas kota ada Kawasan Tempat Pemakaman Umum, dan disebelah timurnya sudah ada gunung yang dikeruk pakai Eksavator, hal itupun saya tidak tahu untuk kepentingan apa, karena saya hanya melihat kenampakan-kenampakan tersebut untuk menunjang pembuatan laporan akhir. Dalam perjalanan, kami menyusuri jalanan yang dibuat mengikuti kontur perbukitan sepanjang danau Sentani. Pagi itu agak mendung namun keindahan danau Sentani dan perbukitan yang gundul ditengah danau sangat indah, ± 1km dari batas kota kami melewati Jembatan 2 (Kali Hubay), yaitu kali yang sering dimanfaatkan sebagai tempat pencucuian mobil dan motor-motor. Perjalanan kami lanjutkan hingga kami melintasi didepan Restaurat Asei Faa, yang didepannya terdapat Pos Lantas. Dalam perjalanan kami sampai di Telaga Maya dan ketika naik gunung dan tikungan kami dapat melihat tempat yang dijadikan sebagai lokasi prostitusi, bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura bahkan Kabupaten Keerom biasanya menjuluki lokasi ini “Sentani Kiri”. Dalam perjalanan banyak fenomena geografis yang diamati, yaitu ketika kami sudah tidak memandang keindahan danau Sentani, kami mulai melihat hutan Sagu yang berada disebelah kiri jalan dari arah Abepura-Sentani atau bagian selatan jalan menuju kampung Harapan Sentani, dan ± 600m sebelum pertigaan jalan menuju lokasi wisata Kalkote, ada terdapat sebuah Gereja Pentakosta Barachiel dan disebelahnya kantor Polsek Sentani Timur, setelah melewati pertigaan jalan di lokasi wisata Kalkote, supir Bus harus mengurangi kecepatan karena didepan SD Inpres 10/73 ada orangtua yang mengantar anaknya untuk mendaftar sehingga kami mengalami kemacetan, tapi tidak lama. Ketika menyeberangi jembatan yang terletak di kampung Harapan, saya dapat melihat lokasi Rindam XVII Cenderawasih, walaupun tidak begitu jelas, dan tampak gunung Cyclops ditutupi oleh awan karena cuacanya lagi mendung. Kamipun melaju dengan Bus, dan akhirnya hutan Sagu kami lewati dan tampak kembali danau Sentani, tepatnya mulai dari Restaurant Dapur Papua hingga kampung Netar. Di sepanjang jalan ketika Bus yang kami tumpangi melewati Kampung Netar, saya dapat melihat Asei Pulau dan ada beberapa pulau yang masih menjadi tanda tanya bagi saya, dan ±600 meter disebelah barat kampung Netar terdapat rumah pembenihan Ikan Mujaer, Nila dan Mas, dan tikungan yang berada di kampung Netar jalannya agar rusak atau mengalami penurunan karena tepat berada pada lokasi jalur air, yang mana pada bukit yang berada disebelah kanannya merupakan igir-igir yang tentu air akan selalu melali daerah tersebut, sehingga kendaraan yang melintasi jalanan yang sudah dibagi menjadi dua jalur harus mengurangi kecepatan dan berhati-hati.

Dalam perjalanan hingga didepan Hotel Sentani Indah tepatnya di kampung Hawaii dan disebelah barat SMK N 1 Sentani terdapat lokasi penggalian bahan galian golongan C, yang selanjutnya diangkut dan digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, bahkan penimbunan dan pengaspalan jalan, dan disebelah kiri jalan atau tepatnya disebelah barat Hotel terdapat lagi satu buah SPBU, oleh karena itu bagi saya lokasi SPBU ini sangat strategis karena akan mempermudah pengendara yang dari arah Abepura bahkan dari Arah Sentani yang hendak melakukan kegitan di Hotel Sentani Indah, karena jika mereka hendak mengisi bahan bakar, maka pengendara tidak akan mencari jauh-jauh ke lokasi SPBU yang amat jauh. Kendaraan yang melintasi jalan Abepura – Sentani agak banyak apalagi ketika memasuki wilayah Kecamatan Sentani Kota, dan hal yang menarik ketika memandang kesebelah kiri jalan/bagian utara dari jalan dapat saya katakana bahwa wilayah pemukiman kearah utara tidak begitu luas karena ± 400-600 meter terdapat bukit-bukit jika dibandingkan bagian kanan jalan/sebelah selatan. Bukit-bukit tersebut dimulai dari Hawaii hingga pertigaan jalan menuju Rindam XVII Cenderawasih. Kendaraan disepanjang jalan Sentani Kota terbilang ramai sebelum sampai di pertigaan jalan menuju Bandar Udara Sentani kami melewati jembatan pertama yang pada tahun 2007 terjadi banjir besar dan mengalami kerusakan, dan sebelum pertigaan terdapat sebuah SPBU, yang terletak ditengah-tengah pusat kota Sentani, Lokasi SPBU ini sangat strategis dan juga turut memenuhi kebutuhan pengendara roda dua dan roda empat yang hendak mengisi bahan bakar. Dan disekitar lokasi ini pula perbukitan sudah tidak nampak dan yang tertampak adalah pegunungan Cyclops yang menjulang tinggi dan wilayah sekitar Bandara dan sekitarnya sangat landai. Bus yang kami tumpangi berbelok kearah pasar lama dan mulai melaju kearah kampung Yobeh, dan perjalanan kami menuju kampung melewati belakang lokasi Bandara.

Sekitar pukul 10.50 WIT kami berhenti di depan Kantor Kampung Komba, karena saat itu lagi hujan sehingga tidak ada yang turun dari Bus untuk berkomunikasi dengan Kepala Kampung Yobeh Bapak Alfred Felle, S.Sos dan beberapa Stafnya, malahan Bapak memberi isyarat agar kami melanjutkan perjalanan ke kampung Yobeh di tengah danau untuk acara penyambutannya. Perjalanan kami menuju kampung Yobeh dari lokasi kantor kampung, ±10 menit, dan akhirnya kami tiba ditepian Danau Sentani, tepatnya di jembatan yang biasa digunakan untuk menunggu perahu agar dapat menyeberang ke kampung Yobeh.

(Perjalanan Pulang Ke Abepura

Sore itu hari Minggu Pukul 15.30 kami bertolak dari Kampung Yobeh menuju Abepura, cuaca pada saat itu sangat cerah. Kendaraan yang lalu lalang tidak terlalu banyak karena pada saat itu hari minggu, tetapi ketika di pertigaan jalan masuk ke bandara Bus yang kami tumpangi harus mengurangi kecepatan karena kendaraan yang keluar masuk ke arqah bandara. Kondisi fisik ketika perjalanan pada hari jumat ketika menuju ke kampung tidak berubah, hanya saja ketika sampai di kampung Netar, pulau yang menjadi tanda tanya bagi saya sudah terjawab “yaitu Pulau Ifar Besar dan dari Kampung Netar dapat terlihat jembatan gantung serta selat antara kampung Ifar Besar dan bukit yang berada di bagian Utara serta atap sengk gereja yang baru di bangun di Kampung Hobong juga dapat terlihat. Hal ini membuat saya langsung dapat mengidentifikasi beberapa pulau yang terdapat di tengah danau, serta lokasi geografisnya.

3. Penerimaan Oleh Pemerintahan Kampung dan Masyarakat

Penerimaan oleh pemerintahan kampung sangat luar biasa, hal ini terlihat ketika Bapak Kepala Kampung tiba dijembatan, Beliau langsung memerintahkan aparatnya untuk menghubungi sebuah perahu agar dapat mengangkut barang-barang bawaan, kami peserta PKL MPG kekampung Yobeh yang letaknya ±100 meter dari tepian danau. Selang beberapa menit, perahu pun tiba dan kami pun mulai bergegas untuk menyeberang ke Yobeh. Perahu yang kami gunakan melakukan dua kali pengangkutan, yang mana angkutan pertama membawa tas-tas, alat-alat konsumsi, kebutuhan konsumsi dan beberapa peserta PKL. Setelah itu perahu balik dan mengangkut peserta PKL yang sisa dan Bapak dosen beserta Kepala Kampung. Saya sendiri ikut pada angkutan yang kedua. Perahu yang kami tumpangi langsung diarahkan ke Puskesmas Pembantu (Pustu) yang belum diserahakan dari pemerintah Propinsi ke pemerintahan kampung, tetapi oleh pemerintah kampung, kami diizinkan untuk menggunakannya sebagai Posko PKL MPG selama tiga hari dua malam.

Beberapa saat setelah tiba, kami langsung pada acara penerimaan oleh pemerintah kampung. Dalam acara tersebut, dipandu oleh Saudara Budi Usmaja, ketika menyampaikan beberapa hal Saudara Budi Usmaja mempersilahkan kepada Dosen Pembimbing untuk menyampaikan tujuan kami melaksanakan PKL. Dalam pembicaraannya dosen kami mengemukakan bahwa ”Kami dari Kampus Universitas Cenderawasih Jayapura Program Studi Pendidikan kami hadir ditengah kampung ini sebagai salah satu perwujudan Tri Dharama Perguruan Tinggi, dengan peserta sebanyak 21 orang dan satu orang dosen pembimbing yaitu saya sendiri, disamping itu pula beliau menyampaikan bahwa tujuan kami melaksanakan PKL juga akan membantu dalam penyusunan data dasar bagi pemerintahan kampung Yobeh. Setelah itu dosen pembimbing kami Bapak Drs. John Rahail, M.Kes mempersilahkan Kepala Kampung Yobeh Bapak Alfred Felle, S.Sos untuk memberikan sambutan sekaligus menerima kami untuk melaksanakan PKL di kampung Yobeh. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa “masyarakat dikampung sangat berterima kasih karena kami memilih kampung Yobeh sebagai lokasi praktikum, selanjutnya beliau mengatakan bahwa pernah ada mahasiswa dari STIE O.G Jayapura dan Akes Jayapura pernah melaksanakan PKL di kampung selama satu bulan. Beliau mengira kami juga akan PKL selama satu bulan, tapi kami serentak menjawab bahwa “kami hanya tiga hari saja”. Mengakhiri sambutannya Bapak Kepala Kampung mengatakan bahwa “kami harus memahami keadaa yang ada dikampung karena masih banyak kendala dan kekurangan dalam pembangunan di kampung Yobeh. Beliau juga menekankan bahwa di kampung ada norma-norma yang mengatur sehingga jangan kami sebagai mahasiswa bersikap dan bertindak yang aneh-aneh, dan satu hal mengenai kebiasaan ibu-ibu jikalau hendak mengambil air untuk masak dan minum, biasanya mereka mendayung hingga ke tengah danau kemudian megambil air denga gen. Tetapi beliau bersyukur karena bantuan pemerintah melalui PNPMN Mandiri dalam membangun sarana air bersih turut mendukung dalam penyediaan sarana air bersih untuk masak, mencuci, dan mandi serta kebutuhan lainnya”: dan beliau mengatakan bahwa atas nama masyarakat dan pemerintah kampung, beliau menerima kami untuk melakukan PKL di Kampung Yobeh. Setelah selesai memberikan sambutan, belian mengembalikan Microphone ke Saudara Budi, kemudian kami lanjutkan dengan makan bersama. Sehabis makan, Kepala Kampung dan Dosen pembimbing kami bercakap-cakap ± 1 jam. Setelah itu beliau mohon pamit untuk kembali ke Komba, dan jika ada hal-hal yang kami rasa penting, Beliau menyarankan agar kami dapat menghubungi Ketua RT setempat.

Bagi saya penerimaan masyarakat kampung, sangat luar biasa. Hal ini terbukti ketika mereka berusaha membuka pintu-pintu ruangan yang tertutup agar kami dapat menggunakan ruangan-ruangan tersebut untuk beristirahat, dan ketika kami melakukan observasi dengan berjalan memutari kampung, masyarakat sangat ramah dan sopan terhadap kami. Setelah observasi selesai teman-teman putrid bermain volley bersama-sama dengan teman-teman pemudi yang ada di kampung, sedangkan saya menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Ibu Ester, dan Ibu tersebut mengatakan bahwa Ia mendapat informasi dari masyarakat kampung bahwa kami akan praktek selama satu bulan, dan saya pun hanya tertawa dan mengatakan bahwa kami praktek di kampung Yobeh hanya tiga hari. Karena kata Ibu bahwa dulu mahasiswa STIE O.G dan Akes melaksanakan praktek selama satu bulan, ibu pun menambahkan bahwa karena mereka praktek selama sebulan maka ketika mereka pulang kembali ke Abepura mereka diberi sagu, ikan dan pisang oleh masyarakat kampung.

Pada hari kedua kami dikampung, hal yang sama saya kembali temukan ketika melakukan wawancara di rumah Bapak Jusuf Ohee, sehingga dalam hati saya berkata bahwa masyarakat kampung sangat ramah dan sopan, sehingga mereka menginginkan agar kami dapat berlama-lama di kampung mereka agar ada rasa kebersamaan dan saling berbagi tentang kehidupan mereka kepada kami mahasiswa. Setelah dari rumah Bapak Jusuf Ohee, saya menuju ke rumah nomor 10, setelah memberikan salam, saya dipersilahkan masuk. Sebelum melakukan wawancara, saya menjelaskan tujuan kami wawancara dari rumah ke rumah, sebelum wawancara saya menanyakan nama Bapak. Bapak yang saya wawancarai namanya Loudik Sokoy, setelah itu saya melanjutkan wawancara hingga pertanyaan yang ada di kuesioner terjawab semua. Ketika selesai wawancara saya diizinkan untuk meneguk dua gelas teh manis dan mencicipi roti yang telah disediakan, sambil makan dan minum, Bapak Loudik bertanya “Anak dorang tinggal di kampung sini satu bulan k?”, jadi kalau ada tidak ada kegiatan harap main-main ke rumah sini ya.. , dan saya pun menjawab “ah.. tidak Bapa, hari minggu kami sudah balik ke Abepura, kami di sini hanya tiga hari”. Setelah selesai minum teh dan makan roti, saya mohon pamit karena hendak kembali ke posko untuk bergabung dengan teman-teman dan harus mendengarkan arahan dari Dosen Pembimbing kami terkait dengan kegiatan yang kami lakukan.

Pada hari ketiga, setelah selesai Ibadah Minggu pagi, kami mulai beres-beres dan mempersiapkan makan siang sambil menunggu Bapak Kepala Kampung di Posko, tiba-tiba Bapak RT dengan speed vibernya merapat dibelakang Posko yang kami tempati dan memanggil kami untuk mengangkat seloyang papeda, sepiring ikan dan satu karton. Walaupun ada kegiatan ibadah gabungan PKB di GKI Bethel Yobeh, tetapi Bapak RT dapat membagi waktu dengan baik sehingga dapat mengikuti acara pelepasan dan mengantar kami menyeberang dengan Speed Vibernya. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, seandainya kami praktek selama satu bulan pasti kami akan diservis terus oleh masyarakat kampung.

B. Kegiatan Lapangan di Kampung Yobeh

  1. Hasil Observasi/Pengamatan, wawancara umum, dan aspek aspek yang terdapat di Kampung Yobeh
  • Letak geografis

Secara geografis letak koordinat Kampung Yobeh berada pada koordinat 02036’12,2’ LS dan 140031’29,9’ BT . Berdasarkan letak koordinat maka dapat dikatakan bahwa Kampung Yobeh terletak di daerah beriklim tropis. Kampung Yobeh jika dilihat secara kasat mata merupakan sebuah pulau yang letaknya dipinggiran Danau Sentani, karena jaraknya ± 100 meter dari tepian danau tetapi memanjang kearah selatan, dan berada diantara Pulau Ifale dan Kampung Yahim dan Kehiran.

  • Letak administratif

Secara administratif, kampung Yobeh merupakan salah Kampung yang termasuk dalam wilayah administrative Distrik Sentani – Kabupaten Jayapura dengan batas-batas wilayah pemerintahan yaitu :

§ Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Dobonsoslo;

§ Sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Hobong;

§ Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Yahim dan Kehiran; dan

§ Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Ifar Besar dan Kampung Sentani.

  • Letak sosial-ekonomi

Letak sosial ekonomi Kampung Yobeh, kurang strategis karena merupakan sebuah pulau yang berada ditepian danau Sentani dan tidak memiliki potensi yang begitu baik untuk dikembangkan dan kondisi fisik kampung yang tidak mendukung untuk dikembangkan usaha yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, sehingga segala yang dibutuhkan masyarakat harus menempuh jarak ± 5-6 Km agar dapat mendapat pelayanan kesehatan, memasarkan hasil kebun bahkan ke tempat anak-anak mereka mengenyam pendidikan. Berdasarkan RPJMK disebutkan bahwa Kampung Yobeh terletak disebelah selatan kota Sentani dengan jarak ±10 Km, yang dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor dan juga menggunakan jalan darat yang menghubungkan Kampung Yobeh dan Kota Sentani.

  • Keadaan demografi

Berdasarkan data pemerintahan Kampung Yobeh yang termuat dalam RPJMK, disebutkan bahwa jumlah penduduk Kampung Yobeh ± 116 jiwa yang terdiri dari laki-laki 62 jiwa dan perempuan 54 jiwa. Dari jumlah tersebut terbagi menjadi 2 RT, dengan rincian RT I 20 KK dan RT II 14 KK, sehingga jumlah keseluruhan KK yang ada di Kampung Yobeh adalah 34 KK.

  • Keadaan sosial-ekonomi

Penduduk Kampung Yobeh pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, dan dalam bercocok tanam mereka masih menggunakan sistem pertanian tradisional dengan sistem ladang berpindah, yang mana lahan dibersihkan, ditebas dan dibakar kemudian ditanami, disamping itu pula ada yang bermata pencaharian sebagai nelayan, PNS dan swasta.

Responden yang saya wawancarai, berprofesi sebagai PNS tetapi pada hari sabtu libur kantor, beliau menyempatkan diri untuk melihat tananaman perkebunan Kakao, Pinang, dan Matoq yang beliau kembangkan.

  • Keadaan sosial-budaya

Masyarakat Kampung Yobeh terdiri dari tiga marga/keret besar yang memiliki hak atas Kampung Yobeh, yaitu : Keret Felle, Sokoy dan Kalem. Dalam hal kepemimpinan komunitas adat diwariskan secara turun temurun berdasarkan garis keturunan (Hak Kesulungan). Bahasa asli masyarakat Kampung Yobeh adalah bahasa Sentani dengan dialek Sentani Tengah.

Penduduk Kampung Yobeh, seluruhnya menganut agama Kristen Protestan, dan di Kampung Yobeh hanya terdapat satu buah Gereja yaitu Gereja Jemaat GKI Bethel Yobeh, dengan jumlah anggota jemaat ±107 jiwa (berdasarkan data RPJMK), sedangkan mereka yang beribadah pada Gereja Pentakosta dan Advent biasanya beribadah di kampung lain.

Lembaga pendidikan di Kampung Yobeh tidak ada, tetapi jika di RW II Kampung Komba ada sebuah SD dan TK. Berdasarkan hasil pengamatan, banyaknya minat dan semangat anak usia sekolah (SD, SLTP, SLTA dan PTN/PTS) namun rendahnya daya ekonomi dari para orang tua untuk menyekolahakan anak-anak mereka karena kebanyakan masyarakatnya merupakan petani dan nelayan tradisional yang belum memiliki perencanaan dengan baik.

Pelayanan kesehatan di Kampung Yobeh belum nampak karena hanya bangunannya yang ada tetapi segala fasilitas bahkan tenaga medis tidak ada. Sedangkan di RW II Komba ada terdapat sarana kesehatan, itupun hanyalah sebuah Posyandu bagi Balita, sehingga masyarakat yang sakit harus berusaha mencari puskesmas bahkan harus ke RS Yowari untuk berobat.

  • Keadaan sarana dan prasarana

Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di Kampung Yobeh adalah sarana dan prasarana umum dan sarana-prsarana yang mendukung pembangunan sosial, budaya dan ekonomi, yang terdiri dari sarana-prasarana umum, sarana-prasarana perumahan masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, sarana-prasarana keagamaan, sarana-prasarana adat serta sarana-prasarana olahraga.

Sarana-prasarana umum yang terdapat di Kampung Yobeh adalah jaringan pipa Air Bersih yang disalurkan ke rumah-rumah, jaringan Listrik Negara, serta dermaga.

Sarana-prasarana perumahan masyarakat berjumlah 34 buah rumah, berupa rumah panggung sederhana dengan dinding terbuat dari papan dan ada beberapa rumah yang masih menggunakan pelepa sagu (gaba-gaba) dan atap sengk. Dari hasil pengamatan dan informasi yang diterima bahwa rumah yang panggung yang berdinding papan merupakan rumah bantuan pada saat Festival Danau Sentani I (FDS I) Tahun 2008, sedangkan yang berdinding dari gaba merupakan hasil swadaya sendiri.

Sarana-prasarana kesehatan di Kampung Yobeh hanyalah sebuah bangunan Puskesmas Pembantu yang tergolong semi permanen bagi ukuran rumah panggung tetapi tidak ada fasilitas, dan tenaga medis yang ditempatkan. Sehingga menyulitkan masyarakat ketika ada yang menderita sakit.

Sarana-prasarana keagamaan di Kampung Yobeh terdiri dari sebuah Gedung Ibadah permanen, tetapi fasilitas dalam gedung ibadah yang belum lengkap, serta tidak adanya rumah bagi pelayan yang melayani di Jemaat GKI Bethel Yobeh.

Sarana-prasarana adat yang terdapat di Kampung Yobeh belumlah jelas karena berdasarkan penuturan Ibu Ester Suebu selaku Istri dari Kepala Suku Sokoy mengatakan bahwa rumah untuk Ondofolo tidak disiapkan, sehingga mereka menggunakan rumah mereka sebagai tempat untuk pertemuan. Untuk diketahui oleh kita bahwa, rumah Kepala Suku Kalem terletak disebelah utara dermaga (rumah 18), selanjutnya Kepala Suku Sokoy rumah 13 (berdasarkan observasi), sedangkan rumah Kepala Suku Felle rumah 12 (berdasarkan observasi), sedangkan untuk lapangan tempat pesta adat tidak berada di kampung Yobeh (dari hasil wawancara).

Sarana-prasarana olahraga yang terdapat di Kampung Yobeh hanyalah sebuah lapangan Volley tetapi tidak memiliki fasilitas yang memadai serta belum permanen karena merupakan lokasi pinjaman.

2. Mendeskripsikan permasalahan sosial ekonomi dalam pembangunan

Permasalahan sosial ekonomi yang ditemukan di lapangan adalah masalah kesehatan masyarakat, pendidikan serta masalah lingkungan hidup sekitar Kampung Yobeh.

Permaslahan kesehatan dianggap merupakan salah satu masalah yang dialami oleh masyarakat kampung karena, ketika ada anak-anak yang sakit, atau Ibu hamil ataukah terserang penyakit secara tiba-tiba maka masyarakat harus bersusah payah agar dapat mengantar pasien ke rumah sakit.

Permasalahan pendidikan juga dapat dikatakan sebagai hal yang dialami oleh kampung Yobeh, karena jika dilihat anak-anak usia sekolah banyak tetapi karena rendahnya daya ekonomi dari para orang tua sehingga mereka tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Sebab kita ketahui bahwa, Kampung Yobeh terletak di danau, maka mereka harus menyeberang, kemudian menjangkau sekolah dengan menggunakan ojek, itupun jika mereka memiliki uang. Hal ini akan berlangsung terus dan pasti anak-anak mereka akan malas sehingga tidak ada keinginan untuk ke sekolah.

Permasalahan lingkungan hidup di sekitar Kampung Yobeh dikatakan juga sebagai permasalahan yang dialami oleh kampung, karena jika air danau naik maka, tempat yang biasaya dipakai sebagai jalan kampung akan tergenang. Hal ini telah terjadi berulang kali jika air danau naik, tetapi belum juga ditanggapi oleh pemerintah kampung. Sebab dari hasil wawancara dengan Bapak Loudik Sokoy, beliau mengatakan bahwa masyarakat menginginkan agar dibuatkan bronjongan sehingga dapat mengantisipasi ketika air danau naik dan juga menahan erosi yang terjadi dari bukit/pulau, karena struktur batuan penyusun pulau adalah kelompok batuan ultra basa (ultramafik ignous rock) yang telah mengalami pelapukan pada beberapa sisi pulau sehingga jika hujan, maka akan tererosi dan dapat menyebabkan pendangkalan di danau.

Permasalahan lain juga yang di alami oleh masyarakat Kampung Yobeh adalah masalah kurangnya pemberdayaan ekonomi rakyat, karena berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara sebenarnya potensi perikanan keramba dapat dikembangkan dengan baik jika ada perhatian serius dari aparat kampung, karena sudah ada penyuluhan perikanan bagi sebagian masyarakat (dari hasil wawancara kelompok), tetapi mereka membudidayakan ikan di keramba hanya untuk kebutuhan konsumsi, tetapi pembudidayaan untuk dijual belum terlihat dengan jelas. Di samping itu pula, bantuan-bantuan pemerintah dalam bentuk dana yang kadang dikeluhkan masyarakat karena kadang tidak jelas.

3. Mendeskripsikan upaya penanggulangan masalah yang telah dilakukan

Upaya penanggulangan masalah kesehatan belum juga dilakukan, karena walaupun Puskesmasnya sudah dibangun dari tahun 2008, tetapi belum ada tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh bangunan.

Upaya penanggulangan masalah pendidikan juga belum dilakukan, walaupun dilakukan akan membutuhkan dana yang sangat besar, sebab kondisi fisik pulau tidak memungkinkan untuk dibangunnya sekolah, kalau hendak dibangun maka akan menyerupai panggung/sekolah terapung diatas danau, dan belum tentu akan disepakati oleh pemilik hak ulayat. Jika hal ini belum dilakukan, maka akan ada banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati pendidikan.

Upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah lingkungan hidup juga belum dilkakukan, karena tidak ada kesepakatan bersama oleh masyarakat pemilik hak ulayat. Begitupula masalah pemberdayaan masyarakat belum dilaksanakan dengan baik, karena tidak ada keterbukaan dari pemerintah kampung.

Dari hasil yang ditemukan, bahwa ketika sarana air bersih hendak dibangun pernah terjadi pro-kontra antara masyarakat, karena marga yang bukan berasal dari pulau yang mendukung hal ini karena dikatakan bahwa air danau sudah tercemar sehingga perlu untuk mencari air bersih ke dalam tanah dengan melakukan pengeboran. Berdasarkan informasi, dikatakan bahwa pengeboran untuk mendapat air ±15-20 meter tetapi airnya masih keruh.

C. Analisa dan Pembahasan

Berdasarkan aspek-aspek diatas maka jika dikaitkan dengan topic saya, maka dapat dikatakan bahwa Kampung Yobeh merupakan suatu Kampung yang berada ditengah danau sehingga pola pemanfaatan lahan untuk sarana-prasarana yang sangat vital bagi kebutuhan masyarakat akan sangat sulit untuk dikembangkan, karena kondisi fisik pulau yang tidak memungkinkan. Sebab dari hasil observasi, pemanfaatan pulau hanya untuk lahan gereja, lahan jasa(sarana air bersih, WC umum), dan juga lahan rekreasi(lapangan bola volley). Sedangkan lahan pemukiman, tidak ada karena rumah-rumah yang terdapat di Kampung Yobeh semuanya berupa rumah panggung, dan juga tidak adanya lahan pertanian dan perkebunan, tetapi jika bertani dan berkebun masyarakat harus keluar dari pulau agar dapat bertani dan berkebun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar