Laman

Jumat, 30 Maret 2012

Pembentukan Seorang Geograf

1. Pendahuluan

I Made Sandy pada kesempatan pertemuan Forum Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di Cipayung sebelum Beliau wafat tanggal 24 Desember 1997. Beliau mengawali tulisan karangan geografi yang disajikan dengan mengutip tulisan Auguste Comte. Comte berpendapat, bahwa pemilahan yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan adalah hal yang dibuat-buat yang mestinya tidak demikian. Namun demikian, demi untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ilmiah, comte pun mengakui bahwa pemilahan itu perlu.

Biasanya, begitu kita mulai dengan pengelompokkan atau klasifikasi, kita pasti akan terbentur pada kecuali.

Geografi, memandang segala sesuatu yang berhubungan dengan keruangan sebagai inti bidangnya. Sesuatu yang menyangkut keruangan itu, bias terletak pada bidang fisik, tetapi juga bidang social. Hal ini memang sejalan dengan pandangan geografi yang mempelajari muka bumi sebagai tempat hunian manusia.

Berkaitan dengan hal keruangan itu, pertanyaan-pertanyaan utama yang harus dijawab oleh para Geograf adalah :

1) Apa …………. ??

2) Dimana ……. ??

3) Kenapa ……. ??

Pertanyaan-pertanyaan di atas itu hanyalah cara lain, yang dengan sederhana dapat juga dipakai untuk member batasan tentang ruang lingkup geografi. Dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana di atas itu, jelas kiranya, bahwa kedalaman bahasa geografis adalah kesamping. Karena itulah, Peta bagi seorang geograf merupakan alat yang harus dipakai.

2. Mata Ajaran Inti

Untuk bisa mengemban mission geography dengan baik, ada tiga jenis mata ajaran yang mutlak harus dikuasai dengan baik oleh setiap ahli geografi, disamping mata ajaran lainnya, yaitu :

1) Ilmu Iklim;

2) Geomorfologi; dan

3) Ilmu Pemetaan atau Kartografi.

Manusia untuk bisa hidup di muka bumi, tidak bisa melepaskan dirinya dari pengaruh iklim dan konfigurasi muka bumi. Peta adalah satu-satunya alat yang bisa dipakai untuk menyatakan pemikirannya ataupun pendapat yang menyangkut keruangan.

3. Pendidikan Geografi

Pendidikan Geografi yang sangat didambakan oleh I Made Sandy pada waktu itu adalah jenis pendidikan yang :

1) Melatih peserta didik untuk bisa berpikir teratur, bisa menyatakan buah pikirannya dengan teratur pula, termasuk selalu berpikir dalam lingkup keruangan;

2) Memiliki landasan intelektual yang kuat;

3) Menguasai mata ajaran yang bisa membawa mereka ke cabang ilmu yang dinamakan Geografi.

Kemampuan untuk berpikir teratur, termasuk berpikir dalam konteks ruang, serta memiliki landasan intelektual, kami sangat perlu, terutama mengingat zaman di mana terjadi perubahan-perubahan yang sedemikian secepatnya.

Dengan singkat, dapat dikatakan bahwa yang diinginkan adalah pertama-tama menghasilkan manusia yang terdidik kemudian menghasilkan seorang geograf.

4. Cara Untuk Mencapai

Untuk dapat mencapai apa yang dikemukakan diatas, maka yang diperlukan adalah :

1) Adanya kebebasan untuk belajar antar fakultas, paling tidak antar jurusan dan program studi;

2) Kebebasan untuk melaksanakan kerja lapangan;

3) Adanya pertemuan berkala, antar cabang ilmu sejenis untuk membahas peristilahan;

4) Menghindari adanya pencabangan ilmu yang kaku, tetapi belajar menghargai masukan dari cabang ilmu manapun, asal bisa dipertanggungjawabkan.

5. Wujud Karya

Wujud karya akhir dari seorang geograf adalah studi tentang penyebaran sesuatu di muka bumi, serta penjelasan daripada faktor-faktor yang menyebabkan penyebaran tersebut.

Penyebaran dari sesuatu itu bisa berwujud titik-titik atau pemanfaatan ruangnya sangat terbatas, atau bisa juga menyangkut daerah yang luas di dalam ruang. Apabila yang tersangkut itu daerah yang luas, daerah demikian oleh geograf disebut wilayah atau region. Selanjutnya geograf pun harus mampu mencari jawaban atas adanya perbedaan dan persamaan yang terdapat di antara wilayah yang bersangkutan.

Salah satu contoh klasik dari penyebaran/pengwilayahan, yaitu wilayah-wilayah yang dibuat oleh Wallace. Ada wilayah Sunda, wilayah laut dalam (Laut Banda), dan wilayah Sahul, yang masing-masing mempunyai ciri-cirinya tersendiri dalam kekhasan flora dan fauna.

Kalau kemudian dicari kenapa perbedaan itu ada, maka salah satu jawabannya terletak pada evolusi pembentukan kepulauaan Nusantara pada zaman lampau.

6. Penutup

Hal-hal yang dikemukakan di atas adalah inti dari mata ajaran yang diharapkan dapat bisa dikuasai oleh para calon ahli geografi pada tahap awalnya. Sehingga mampu berpikir ilmiah atau berpikir sistematis, seperti seyogyanya manusia terdidik, ditambah dengan mampu berpikir spatial dan kemudia menguasai pengetahuan dasar bagi pembentukkan seorang ahli Geografi.

Kalau kemudian Geografi itu sampai pada pengkhususan dirinya ke dalam sesuatu cabang ilmu, baru akan nampak lebih jelas, bagaimana coraknya yang sebenarnya. Apakah coraknya itu cenderung ke ilmu-ilmu social ataukah ke ilmu alam. Sehingga corak Geografi itu akan nampak, pada saat seseorang memilih dan memahami salah satu cabang ilmu yang akan dikhususkan bagi dirinya.

Disari dari : Buku Geografi dan Penerapannya dalam Pengembangan Wilayah

Penyunting : Sugeng Raharjo

Penerbit : Jurusan Geografi FMIPA UI – PPGT – Forum Komunikasi Geografi.

Tahun : 1999.

Selasa, 13 Maret 2012

TEKTONISME & GEOMORFOLOGI PAPUA

a. Tektonisme Papua

Secara umum terbentuknya Pulau Papua (dulunya Irian Jaya) dipengaruhi oleh tiga lempeng yang dominan yaitu lempeng benua Australia di bagian selatan dan lempeng Pasifik di bagian utara dan lempeng Eurasia di sebelah barat. Pulau Papua pada awalnya diperkirakan merupakan semenanjung utara dari Australia namun karena adanya pergerakan lempeng benua Australia yang bergeser ke arah utara mendekati Asia kira – kira 45 juta tahun yang lalu memungkinkan membanjirnya lautan ke daratan sehingga sejak saat itu hubungan Papua dan Australia menjadi terpisah.

Tektonik Papua diawali pada Permo-Trias, yang sering disebut sebagai orogenesa Tasman. Pada saat itu Papua-Papua New Guinea mulai melepaskan diri dari Benua Australia bergerak ke arah Utara kemudian berbenturan dengan lempeng Pasifik pada Orogenesa Melanesia yang mengakibatkan sesar miring ke utara dan terbentuknya pegunungan tengah, sedangkan pada masa Pleistosen terjadi pensesaran miring ke selatan di bagian utara Papua.

Jika dilihat pada Peta Papua ada daratan sempit (Wilayah Teluk Bintuni) yang menyerupai leher yang menghubungkan bagian kepala dan ekor, bagian leher tersebut terjadi karena adanya tekanan dari lempeng Eurasia, Pasifik dan Australia.

Tipe tektonisme yang ada di Papua adalah Subduksi dimana dua lempeng Australia dan Pasifik menunjam, bertubrukan dan akhirnya bagian bertemunya kedua lempeng tersebut terangkat dan menjadi jalur pegunungan tengah Papua. Pada propinsi Papua terdapat Sesar Sorong yang merupakan retakan besar dalam kerak bumi yang diberi nama sesuai dengan kota Sorong di sebelah timur laut Papua. Selama 40 juta tahun yang lalu retakan ini telah melepaskan potongan daratan yang luas dari New Guinea sebelah utara dan bergeser ke barat dan potongan daratan tersebut diyakini sebagai asal mula dua lengan yang terbentuk pada Sulawesi pada saat ini. Bukti dari hipotesis ini antara lain :

  1. Pada danau – danau di kawasan ini (Wilayah Sulawesi) berisi ikan air tawar yang jenisnya sangat dekat dengan jenis di Australia, padahal ikan di danau di Sulawesi umumnya berasal dari Asia.
  2. Terdapat dua jenis Kus – kus dan burung Maleo yang berbusut aneh serta beberapa flora dan fauna yang bercirikan daerah Australia-Papua, flora dan fauna tersebut diyakini berasal dari Australia-Papua yang mampu bertahan hidup pada saat terpisahnya daratan yang luas akibat sesar sorong dan daratan tersebut bergeser ke arah barat menyeberangi Laut Maluku hingga akhirnya bertabrakan dan menyatu membentuk Sulawesi. Hingga saat ini flora fauna tersebut terus beradaptasi dan hidup melalui persaingan dengan fauna Asia lain yang ada di Sulawesi.

b. Geomorfologi Papua

Secara fisiografis Pulau Papua atau lebih dikenal Irian Jaya dari utara ke selatan di bagi ke dalam lima unit sebagai berikut (Van Bemmelen, 1949) :

  1. Pantai utara yang merupakan batas selatan blok melanesia
  2. Trough Mamberamo-Bewani yang terletak antara batas selatan Melanesia dengan pegunungan di selatannya. Depresi geosinklin ini membentang dari pantai Waropen sampai ke Matapau di timur.
  3. Pegunungan utara, terdiri dari batuan metamorfik dan batuan beku berumur pra-tersier dan secara tidak merata tertutup oleh lime-stone berumur tersier bawah. Pegunungan ini mulai terangkat pada miosen bawah.
  4. Depresi Median, depresi ini terletak di antara dataran pantai dan pegunungan di bagian tengah.
  5. Pegunungan tengah yang bersalju. Daerah ini terdiri dari endapan geosinklin pra-tersier dan intrusi batuan beku, kemudian disusul oleh endapan berumur paleogen dan miosen bawah. Pegunungan tengah ini benar-benar mengalami pengangkatan sehingga keberadaannya berada di atas permukaan laut pada paleogen akhir. Puncak tertingginya mencapai 500m berada di tepi selatan komplek Pegunungan Nasau. Adapun komplek pegunungan ini memiliki lebar 100-150 Km. Dari atas selatan ini ke arah utara ketinggiannya mulai menurun dan membentuk beberapa lembah dan pegunungan yang sejajar. Di batas utara pegunungan tengah memiliki ketinggian tertinggi 5030m yaitu di Puncak Jaya.
  6. Depresi-Digul-Fly sebagai kompensasi terhadap adanya pengangkatan di bagian tengah maka bagian selatan pulau Papua mengalami penurunan di sepanjang tepi selatannya.
  7. Igir Merauke. Igir ini hanya beberapa meter tingginya dan dapat ditelusuri mulai dari kepulauan Aru ke arah timur sampai ke Bomberai dan Misool.

Daftar Acuan

Petocs, R.G., 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan Irian Jaya, Strategi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Rasional. Temprit : Jakarta.

Van Bemelen, 1949. The Geology of Indonesia.