Laman

Senin, 29 November 2010

Pengkajian Geografi Sosial

A.Judul : “ Biosfer dan Aspek Sebaran Hewan dan Tumbuhan”
B.Pendahuluan
Vladimir Ivanovic Vernadsky (1863-1945) seorang ilmuwan dari Rusia dalam pernyataan yang dikemukakan bahwa Biosfer bukanlah amplop kehidupan yang tertutup, tetapi sebuah sistem kehidupan yang terbuka senantiasa berkembang sejak dimulainya sejarah bumi.
Selain manusia, makhluk hidup lainnya yang mendiami planet bumi adalah tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Kedua jenis organisme ini ada yang hidup di daratan, ada pula yang hidup di wilayah perairan baik air tawar maupun air asin. Namun tidak semua wilayah-wilayah di permukaan bumi dapat mebjadi habitat atau tempat hidup flora dan fauna. Lingkungan atau wilayah dari permukaan bumi yang cocok bagi kehidupan organisme atau makhluk hidup dinamakan Biosfer.
Biosfer adalah bagian dari bumi dan atmosfernya dimana organism dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya. Sehingga organism itu dapat hidup karena ada tempat untuk hidup yang menyediakan semua kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan. Tetapi tidak semua organism dapat hidup diseluruh belahan permukaan bumi, karena dipengaruhi oleh iklim, kondisi fisik muka bumi, dan bagaiman hewan dan tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya.
Meerim Hart dalam Wardiyatmoko (2006:2) seorang peneliti biologi alam, mengemukakan model persebaran tumbuhan berdasar variasi ketinggian pada Gunung San Fransisco dari kaki hingga puncaknya. Berdasarkan penelitian Hart ternyata sejalan dengan pola persebaran tumbuhan dari garis tropis ekuator hingga ke arah utara maupun selatan. Indonesia walaupun terletak di daerah ekuator tetapi persebaran tumbuhan berbeda-beda, sebab selain factor iklim dan tanah, air juga merupakan factor yang berpengaruh terhadap persebaran tumbuhan di Indonesia.
Persebaran tumbuhan dipermukaan bumi sangat dipengaruhi oleh iklim sehingga keadaan tumbuh-tumbuhan/flora akan berpengaruh terhadap jenis-jenis hewan tertentu. Keadaan hewan ditiap daerah (bioma) tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan oleh daerah itu untuk memberi makanan.akibat pengaruh iklim terdapapatlah hewan pegunungan, hewan dataran rendah, hewan padang rumput (sabana), serta hewan hutan tropis.
Persebaran hewan/fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh keadaan tumbuhan/flora. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga akan di dominasi oleh hutan-hutan yang lebat dan berpengaruh terhadap hewan yang hidup di dalam nya .
Di Indonesia persebaran hewannya di bagi menjadi tiga daerah persebaran, berdasarkan garis Wallace dan garis weber. Untuk lebih jelas akan di sajikan dalam pembahasan mengenai sebaran hewan dan tumbuhan di permukaan bumi dan juga di Indonesia.

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah pengkajian geografi sosial yaitu :
1. Menjelaskan tentang pengertian biosfer dan sebaran komunitas tumbuhan dan hewan dunia.
2. Menjelaskan tentang persebaran tumbuhan dan hewan di Indonesia.
3. Menjelaskan tentang pengolongan hutan dan jenis hutan di Indonesia serta pemanfaatannya.

D. Kajian Teoritis
Secara etimologi, istilah biosfer terdiri dari dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Sehingga secara harfiah biosfer berarti lapisan hidup. Selanjutnya disebutkan bahwa biosfer adalah lapisan lingkungan di permukaan bumi, air dan atmosfer yang mendukung kehidupan organisme (Wardiyatmoko, 2006 : 2). Selanjutnya disebutkan bahwa biosfer adalah lapisan lingkungan di permukaan bumi, atmosfer yang mendukung kehidupan organisme.
Uli marah dkk(2006:3) mengemukakan bahwa persebaran flora dan fauna di permukaan bumi di pengaruhi oleh dua factor yaitu factor lingkungan (biotic dan abiotik) dan factor sejarah geologi. selain itu menurut Wardiyatmoko, K (2006:2) mengemukakan bahwa persebaran hewan dan tumbuhan tergantung pada iklim (klimatik), keadaan tanah (edafik), tinggi rendahnya permukaan bumi (relief) serta pengaruh tindakan manusia (faktor biotik).

E. Pembahasan
1. Pengertian Biosfer
Kesatuan hidup flora dan fauna yang tersebar di muka bumi dinamakan Biosfer (Uli Marah 2006:3). Selanjutnya disebutkan bahwa Biosfer merupakan wadah bagi kehidupan flora dan fauna yang adalah merupakan salah satu fenomena geosfer.
Penyebaran makhluk hidup (flora dan fauna) dipermukaan bumi tidak merata, karena dipengaruhi oleh :
  • Iklim (klimatik)
  • Keadaan tanah (edafik)
  • Tingginya rendahnya permukaan bumi (relief)
  • Tindakan manusia (faktor biotik)
Disamping itu pula faktor sejarah geologi juga turut berpengaruh terhadap variasi persebaran flora dan fauna dimuka bumi. Pergeseran benua yang terjadi pada masa mesosoikum menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan, dan akibat perubahan lingkungan akan mempengaruhi variasi persebaran flora dan fauna.

2. Persebaran Komunitas Tumbuhan dan Hewan di Dunia
a. Persebaran Komunitas Tumbuhan di Dunia
Penyebaran komunitas tumbuhan dipermukaan bumi memiliki karakteristik yang berbeda, karena pengaruh iklim, kondisi fisik muka bumi, dan tentang bagaimana tumbuhan beradaptasi agar dapat bertahan hidup.
Komunitas organisme tumbuhan secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
• Hutan yang terdiri dari hutan tropis ( curah hujan 1.000 - 2.000 mm dengan suhu 200 C - 300 C ; hutan gugur ( curah hujan 750 – 1.000 dengan suhu - 2 0 C - 180 C) ; serta hutan taiga ( curah hujan - 120 C - - 100 C).
• Padang rumput yang terdiri dari sabana ( curah hujan 200 – 1.000 mm dengan suhu 200 C – 300 C) ; dan stepa (curah hujan 200 – 1.000 mm dengan suhu – 200 C – 100 C ).

Makalah Pengantar AMDAL Peranan AMDAL Dalam Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan di Papua

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Konferensi Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan ( the United Nations Conference on Environment and Development – UNCED ) di Rio de janeiro, tahun 1992, telah menghasilkan strategi pengelolaan lingkungan hidup yang dituangkan ke dalam Agenda 21.

Dalam agenda 21 Bab 40, disebutkan bahwa perlunya kemampuan Pemerintah dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang infromatif.

Analisis mengenai dampak lingkungan pertama kali dicetuskan berdasarkan atas ketentuan yang tercantum dalam pasal 16 UU No, 4 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai penjabaran pasal 16 tersebut, diundangkan suatu Peraturan Pemerintah Pemerintah (PP) No. 29 tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pada tanggal 5 Juni 1986. Peraturan Pemerintah No. 29/1986 tersebut berlaku efektif pada tanggal 5 Juni 1987 yang mulai selang satu tahun setelah ditetapkan. Hal tersebut diperlukan karena masih perlu waktu untuk menyusun kriteria dampak terhadap lingkungan social mengingat definisi lingkungan yang menganut paham holistik yaitu tidak saja mengenai lingkungan fisik atau kimia saja namun meliputi lingkungan social. Hal ini sejalan dengan Undang – undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( pasal 10 huruf h ) yang mewajibkan pemerintah baik Nasional maupun Propinsi atau Kabupaten/Kota menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya pada masyarakat.

Memasuki era otonomi daerah dengan otonomi khusus yang diberikan kepada Provinsi Papua diasumsikan akan semakin sadar dan penting untuk memelihara dan melestarikan fungsi lingkungan hidup. Sehingga implementasi AMDAL sangat perlu disosialisasikan tidak hanya kepada masayarakat namun perlu juga pada para calon investor yang akan menanamkan modal di Papua, agar mereka mengetahui tentang perihal AMDAL yang dilaksanakan di Indonesia. Karena proses pembangunan digunakan untuk meningkatakan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, social dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang sesuai dengan aturan yang ada, maka diharapkan akan berdampak positif pada pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan karena kita ketahui bersama bahwa Propinsi Papua merupakan propinsi yang kaya akan sumberdaya alamnya baik gas alam, mineral, bahkan hutan dan lautnya.

Dengan demikian, dalam penyusunan makalah ini, topic yang penulis ajukan adalah "Peranan AMDAL Untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan di Papua".

B. Perumusan & Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Mengapa AMDAL penting untuk pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Propinsi Papua?

2. Sejauh mana implementasi AMDAL di Propinsi Papua ?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapakan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :

1. AMDAL untuk pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

2. Implementasi AMDAL di Propinsi Papua.

3. Sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah Pengantar AMDAL.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapakan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan sehingga peranan AMDAL untuk pengawasan pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dapat ditingkatkan.

2. Sebagai salah satu bahan referensi bagi mahasiswa/I yang berminat tentang lingkungan sehingga dapat mengembangkan sebagai sebuah penelitian.

II. Pembahasan

A. AMDAL Untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan di Propinsi Papua

Salah satu modal dasar penting bagi pelaksanaan pembangunan di Propinsi Papua adalah ketersedian sumberdaya alam. Sumberdaya alam tersebut (pertambangan umum, minyak dan gas, kehutanan dan perikanan laut) bersifat tidak terbarukan, atau bersifat terbarukan namun dalam praktek dibanyak negara berkembang ternyata tidak terbarukan. Karena otonomi khusus dilakukan bukan hanya ntuk generasi Papua masa kini namun juga generasai Papua masa mendatang, maka pendekatan pembangunan yang dilakukan dan menjadi salah satu tema RUU Otonomi Khusus adalah pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan di Propinsi Papua adalah suatu upaya sistematis dan terencana yang dilakukan oleh rakyat dan Pemerintah Propinsi Papua agar dalam menjalakan usaha-usaha pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat Papua di masa sekarang tidak mengkompromikan dan mengurangi hak-hak generasi Papua di masa mendatang untuk juga menikmati mutu kehidupan yang baik secara berkesinambungan.

Pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang lestari merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Kedua hal itu ingin dicapai dalam otonomi khusus secara bersama pula. Karena jika pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara serampangan sangat berpotensi untuk merusak lingkungan hidup. Sebaliknya, apabila lingkungan hidup dilestarikan dengan baik, maka lingkungan hidup dapat menjadi sumber-sumber ekonomi penting yang suistainable dibandingkan dengan kegiatan-kegitan ekonomi ekstraktif.

Pemanfaatan sumberdaya alam akan tidak terlalu merusak lingkungan hidup jika dilaksanakannya AMDAL yang sesuai dengan aturan, maka akan didapatkan hasil yang optimal dan akan berpengaruh terhadap pembangunan dan kebangkitan ekonomi. Mengapa demikian? Dalam masa otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah menganut paradigma baru, antara lain :

1. Sumber daya yang ada di daerah merupakan bagian dari system penyangga kehidupan masyarakat, seterusnya masyarakat merupakan sumber daya pembangunan bagi daerah.

2. Kesejahteraan masyarakat merupakan sat u kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari kelestarian sumber daya yang ada di daerah.

Dengan demikian, maka dalam rangka otonomi daerah, fungsi dan tugas pemerintah daerah seyogyanya berpegang pada hal –hal tersebut dibawah ini :

1. Pemda menerima desentralisasi kewenangan dan kewajiban.

2. Pemda meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3. Pemda melaksanakan program ekonomi kerakyatan.

4. Pemda menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya di daerah secara konsisten.

5. Pemda memberikan jaminan kepastian usaha.

6. Pemda menetapkan sumber daya di daerah sebagai sumber daya kehidupan dan bukan sumber daya pendapatan.

B. Implementasi AMDAL di Propinsi Papua

Dalam RUU Otonomi Khusus Papua telah ditetapkan bahwa Pembangunan di propinsi Papua dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan hidup, serat manfaat dan keadilan dengan memperhatikan rencana tata ruang. Pemerintah Propinsi Papua berkewajiban untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan hidup untuk sebesar-besarnya kesejahteraan penduduk dengan tetap mengakui hak milik dan hak adat masyarakat setempat. Lebih dari itu Pemerintah Propinsi berkewajiban untuk melindungi keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologi penting dengan menetapkan dan menjaga kawasan-kawasan lindung.

Sehingga yang menjadi hal penting tentang implementasi AMDAL yang harus dilakukan didaerah, adalah :

1. Melaksanakan peraturan atau perundang-undangan yang ada. Sebelum pembuatan dokumen AMDAL , pemrakarsa harus melaksanakan Kepka Bapedal No. 8/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL , yaitu dengan melaksanakan konsultasi masyarakat sebelum pembuatan KA. Apabila konsultasi masyarakat berjalan dengan baik dan lancar, maka pelaksanaan AMDAL serta implementasi RKL dan RPL akan berjalan dengan baik dan lancar pula. Hal tersebut akan berimbas pada kondisi lingkungan baik lingkungan fisik atau kimia, sosial-ekonomi-budaya yang kondusif sehingga masyarakat terbebas dari dampak negatip dari kegiatan danmasyarakat akan sehat serta perekonomian akan bangkit.

2. Implementasi AMDAL secara profesional, transparan dan terpadu. Apabila implementasi memang demikian maka implementasi RKL dan RKL akan baik pula. Implementai AMDAL, RKL dan RPL yang optimal akan meminimalkan dampak negatif dari kegiatan yang ada. Dengan demikian akan meningkatkan status kesehatan, penghasilan masyarakat meningkat dan masyarakat akan sejahtera. Selain itu pihak industri dan/atau kegiatan dan pihak pemrakarsa akan mendapatkan keuntungan yaitu terbebas dari tuntutan hukum (karena tidak mencemari lingkungan) dan terbebas pula dari tuntutan masyarakat (karena masyarakat merasa tidak dirugikan). Hal tersebut aka n lebih mudah untuk melakukan pendekatan sosial-ekonomi-budaya dengan masyarakat di sekitar pabrik/industri/kegiatan berlangsung.

III. Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan di Propinsi Papua dilakukan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan hidup, serta manfaat dan keadilan dengan memperhatikan rencana tata ruang. Sehingga peranan AMDAL dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Propinsi Papua sangat diperlukan karena AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan untuk bidang lingkungan hidup, yang merupakan alat untuk memprakirakan dan mengelola dampak yang terjadi. Dalam prakteknya AMDAL diatur oleh pemerintah dengan ketentuan yang sangat rinci, dalam Kepka Bapedal No. 9/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Dalam pedoman penyusunan RKL dan RPL dapat dilihat pula uraian yang rinci namun tidak diuraikan pemanfaatan RKL dan RPL dalam S istem Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekakuan peraturan tentang AMDAL dan s istem birokrasinya akan mengakibatkan terkekangnya perkembangan teknologi AMDAL. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknologi AMDAL sangat statis. Hal tersebut dapat diketahui bahwa PP.No. 29/1986 tentang AMDAL dan peraturan yang terbaru tidak mengalami perubahan dan perkembangan.

Otto Soemarwoto (2001) dalam Mukono 2005 mengintrodusir pengelolaan lingkungan hidup Atur-Diri-Sendiri (ADS). Pengertian ADS adalah pemrakarsa bertanggung jawab menjaga kepatuhan dan penegakan peraturan perundang-undangan lebih banyak ditanggung oleh masyarakat. Pendekatan sistem ADS ini dipelopori oleh pengusaha dengan alasan adanya kebebasan untuk mengatur diri sendiri. Dalam perkembangannya para pengusaha tersebut mengembangkan si stem pengelolaan lingkungan hidup bersifat sukarela (voluntary environmental practice code). Contoh implementasi pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat sukarela tersebut adalah ISO14.000 (International Standardization Organization –14.000) dan Responsible Care. Malah ada perusahaan di USA yaitu 3M, sudah membuktikan bahwa teknologi yang bersifat cost effective yaitu Polluter Pays Principle cukup baik untuk menangani masalah pencemaran.

B. Saran

Karena Propinsi Papua telah berstatus otonomi khusus, sehingga segala kegiatan pembangunan yang dilaksanakan harus berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanat Undang-undang Otsus, agar setiap pengeksploitasian sumberdaya alam baik pertambangan umum, gas alam dan minyak bumi, hutan dan perikanan laut dapat memperhatikan prinsip suistainable.

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDALDA Provinsi Papua, 2008. Peraturan Menteri Negara Lingkungan hidup No. 11 Tahun 2006. Bidang AMDAL dan Penyelesaian Sengekata, Jayapura

KEMENLH, 2008. Pedoman Umum Status Lingkungan Hidup Provinsi Kabupaten/Kota. Deputi Urusan Data dan informasi Lingkungan. Jakarta

Mukono, H. J. 2005. Jurnal Kesehatan lingkungan Volume 2 No. 1. FKM Universitas Airlangga

Ramandey, Frits B, dkk.2005. Profil Otonomi Khusus Papua. Aji Papua, Jayapura

Hadi, P Sudharta. 1995. Aspek Sosial AMDAl, Sejarah Teori dan Metode. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.

Selasa, 24 Agustus 2010


1. Kemukakan pendapat anda apakah ada perbedaan mengenai pengertian konsep desa menurut I Made Shandy dan Bintarto ?
Jawab :
Menurut pendapat saya tidak adanya perbedaan yang mencolok antara pendapat kedua pakar Geografi tersebut, walaupun dalam pandangan I Made Shandy lebih memberikan gambaran mengenai hal-hal yang memang benar-benar terjadi atau terdapat di desa. Sedangkan Bintarto masih memberikan gambaran secara umum yang dilihat dari unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi dan politik.

2. Jelaskan bagaimana kaitan antara tata ruang desa dengan sistem perkembangan transportasi ?
Kaitannya adalah dengan adanya perkembangan transportasi maka akan memungkinkan desa tersebut akan di tata dan di atur sedemikian rupa sehingga akses transportasi juga akan mengikuti arah tata ruang desa yang sudah di rencanakan. Sebab kita ketahui bahwa akses transpotasi sangat penting karena dapat menghubungkan desa satu dengan desa yang lain tetapi juga menghubungkan desa dengan kota. Disampin itu pula tata ruang pedesaan akan melihat kondisi fisiografis desa tersebut, apakah berbukit atau daerahnya landai.

3. Jelaskan bagaimana kaitan antara potensi desa dan perkembangan desa ?
Kaitan antara potensi desa dan perkembangan desa yaitu, ketika suatu desa memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk kemajuan desa, maka desa tersebut akan berkembang dengan cepat asalkan kondisi fisiografis desa berada pada daerah yang datar dan mudah dijangkan oleh alat transportasi, dengan begitu pula maka desa akan mengalami perkembangan dengan cepat. Kita ketahui bahwa desa merupakan penghasil bahan baku bagi industri-industri yang berada di pusat perkotaan dan tidak menutup kemungkinan akan di bangun industri di pedesaan jika wilayahnya sangat strategis dan tingkat aksesibilitas dengan daerah lain sangat tinggi.

4. Berikan argumentasi anda mengapa terjadi perkampungan yang menyebar dan mengelompok di pedesaan ?
Perkampungan menyebar terjadi karena kondisi fisiografis yang tidak memungkinkan dan belum adanya pemahaman masyarakat tentang kondisi wilayah yang dihuni, yaitu jika wilayah yang dijadikan sebagi tempat bermukim memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara bersama-sama maka pemukimannya tidak akan berjauhan atau menyebar. Hal lain juga terjadi perkampungan menyebar karena masing-masing individu sudah membagi wilayah/hak atas tanah untuk di kelola, sehingga mereka melakukan aktivitas di wilayahnya masing-masing. Sedangkan perkampungan mengelompok terjadi karean adanya suatu potensi yang menjadi daya tarik sehingga pola permukimannya terkonsentrasi pada suatu tempat saja, sehingga akan memudahkan bagi yang merencanakan dan hendak membangun desa.

Pendahuluan
Perkembangan Kota Jayapura yang semakin pesat akhir-akhir ini dan tak terkendali akan menimbulkan berbagai permasalahan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kebutuhan akan ruang untuk membangun permukiman, perkantoran, pendidikan, perdagangan, industri dan tempat rekreasi. Itu semua karena pertambahan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun, pertumbuhan penduduk tidak hanya terjadi secara alamiah tetapi juga non alamiah, karena kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi merupakan komponen-komponen penyebab perubahan jumlah penduduk, komposisi penduduk, densitas penduduk, distribusi penduduk dan pertumbuhan penduduk disuatu daerah/suatu wilayah. Kelahiran mempunyai sisi plus sedangkan kematian mempunyai sisi minus dan migrasi mempunyai sisi minus dan plus. Dikatakan demikian karena kelahiran dan kematian merupakan dua komponen biologis yang secara absolute akan menambah dan mengurangi jumlah penduduk di suatu tempat, sedangkan migrasi sebagi suatu komponen non alamiah dan tidak absolut mempengaruhi jumlah penduduk disuatu daerah yang luas (skala dunia dan skala negara). Jumlah penduduk kota-desa, jumlah penduduk kecamatan disuatu propinsi, atau jumlah penduduk propinsi disuatu negara.
Kota Jayapura yang merupakan Ibu kota Propinsi Papua sehingga akan mempengaruhi terhadap segala aspek pembangunannya yang jika tidak terkendali maka akan menimbulkan permasalahan diantaranya permasalahan sampah, lalulintas, pendidikan dan kesehatan serta penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan perencanaan. Karena daya tarik Kota Jayapura sebagai pusat pemerintahan propinsi Papua, sehingga menyebabkan mobilitasa penduduk (migrasi) semakin meningkat, sebab kota jayapura merupakan suatu daerah terbuka yang akan mengalami perkembangan dengan cepat sehingga dimungkinkan melalui mobilitas (migrasi ) penduduk. Perkembangan cepat tersebut akan berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif. Maka dampak perkembangan kota yang positif harus terus ditingkatkan, sedangkan dampak pembangunan yang negatif perlu dipelajari untuk diperbaiki, guna mengurangi dampak negatifnya.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa kota jayapura selain sebagai ibu kota prpinsi papua juga merupakan daerh yang terbuka sehingga memungkinkan terjadinya imigrasi dalam jumlah yang besar, sehingga akan mempengaruhi setiap aspek pembangunan dikota jayapura, yang justru menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya permasalahan pendidikan permukiman terkait dengan penggunaan lahan, kesehatan, sampah, lalulintas dan kriminalitas. Untuk itu penyusun akan berusaha untuk mendeskripsikan tentang beberapa masalah yang penyusun anggap bahwa sedang terjadi di kota Jayapura, pada point pembahasan yang dikaji berdasarkan Geografi Kota.

Pembahasan
Permasalahan Pendidikan
Suatu kota atau daerah akan maju dan berkembang jika ditunjang dengan sumber daya manusia yang mantap dan handal dalam berbagai bidang, tetapi jika sumber daya manusianya belum siap untuk bersaing pada era globalisasi seperti sekarang ini maka kota atau daerah yang bersangkutan tidak akan berkembang untuk menjadi kota besar ataupun menjadi kota metropolitan. Sebab kita ketahui bersama bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanat Pembukaan UUD 1945. Tetapi buktinya pemerintah Kota Jayapura belum mampu memprioritaskan pendidikan sebagai salah satu factor penting penunjang perkembangan suatu kota sebab “pendidikan merupakan wahana penting untuk mengubah pola pikir dan cara pandang” setiap orang. Karena kita ketahui bahwa tanpa pendidikan maka segala sesuatu yang direncanakan dan dilakukan tidak akan berhasil dengan baik.
Untuk itu masukan bagi pemerintah Kota Jayapura agar dapat meningkatkan pendidikan, terutama menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran, dan juga tenaga guru yang professional agar tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dapat tercapai.

Permasalahan Permukiman
Permasalahan pemukiman yang terkait dengan penggunaan lahan di kota Jayapura diakibatkan karena jumlah penduduk yang terus bertambah disamping itu pula dengan hadirnya berbagai bangunan fisik yang tentu membutuhkan daerah yang luas dan layak untuk membangun. Sehingga menyebabkan kota Jayapura terus diperluas melewati batas-batas pinggiran kota sebagai akibat jumlah penduduk yang terus bertambah tidak hanya secara alamiah tetapi juga non alamiah (migrasi), dan kebutuhan akan ruang/lahan yang terus bertambah. Memang hal tersebut merupakan salah satu ciri perkembangan kota, tetapi dengan melihat kondisi topografi kota jayapura, maka dapat dikatakan bahwa daerah terbangun di Jayapura sudah tidak luas lagi.
Untuk itu hal yang harus dilakukan oleh pemerintah kota ataupun solusi yaitu segala kegiatan pembukaan lahan untuk pembangunan harus direncanakan dengan baik agar tidak mengacaukan pola tata ruang yang sudah diatur, sehingga kota terlihat indah. Dalam arti bahwa segala sesuatu harus direncanakan supaya pemerintah tidak kecolongan dalam membangun Kota Jayapura.

Permasalahan Kesehatan
Permasalahan kesehatan yang terjadi di Kota Jayapura berdasarkan ulasan dari tabloid mingguan Jubi yang disebutkan pada rubric pendidikan dan kesehatan dikatakan bahwa “Kusta terus mengancam Kota Jayapura”, hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Jayapura Arif Dwi Darmanto, M.Kes, total jumlah penderita kusta Tahun 2009 di Kota Jayapura mencapai 220 kasus dari total jumlah penduduk 236.456 jiwa. Selanjutnya disebutkan bahwa angka prevalensi kusta sangat mengejutkan yaitu 11,2 jiwa per 10.000 penduduk, dengan adanya kasus tersebut maka membuat Kota Jayapura menjadi wilayah yang memiliki kasus kusta tertinggi diantara seluruh kabupaten/ kota di propinsi Papua, dan banya kasus baru yang ditemukan diberbagai tempat di wilayah Kota Jayapura. Disamping itu pula masalah lain yang sedang dihadapi oleh pemerintahan Kota Jayapura yaitu, mereka kurang memperhatikan masyrakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, karena walaupun sarana fiisk untuk mempermudah pelayanan kesehatan telah dibangun tetapi petugas-petugas yang tidak berada ditempat karena alasan transportasi atupun tempat tugas yang jauh. Walaupun Kota Jayapura sudah berusia satu abad tetapi pelayanan kesehatan belum dirasakan oleh seluruh masyarakatnya, karena disebabkan oleh dana operasional yang terlalu besar.
Untuk itu hal yang harus dilakukan yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan tenaga medisnya dan biaya operasional, dan untuk masalah kusta pemerintah kota harus berkomitmen untuk menghentikan laju prevalensi kusta, dengan tak hanya menambah dana, tetapi perbaikan manajemen pelayanan menuju standar mutu pelayanan kesehatan harus dilakukan.

Permasalahan Sampah
“Volume sampah di Kota Jayapura terus meningkat, fasilitas pengelolaannya sangat terbatas. Tapi belum ada kemauan dari Walikota dan DPRD untuk memperhatikan sampah, jika kita melewati sepanjang jalan di dalam pusat Kota Jayapura mapun sepanjang Abepura bau tak sedap muncul dari parit-parit, bila selesai hujan, jalan raya tertutup tanah dan sampah. Setiap hari sekitar 400 meter kubik sampah yang berserahkan, itupula disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin bertambah”. Kalimat tersebut sangat bertolak belakang dengan apa yang diidam-idamkan oleh Walikota untuk menjadikan Kota Jayapura sebagai kota yang bersih dan indah tidak akan terwujud. Sebab masalah sampah belum ditangani secara baik, dan berdasarkan data dari DKP bahwa persoalan sampah memang membutuhkan perhatian yang serius sebab, setiap harinya masyarakat Kota Jayapura memproduksi sampah sampah setiap hari 900-967 meter kubik per hari, sedangkan yang hanya mampu diangkut dan dibuang oleh DKP ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Nafri hanyalah berjumlah 400-417 meter kubik per hari. Itu berarti ada sekitar 500 sampah yang berserahkan di Kota Jayapura jika terjadi hujan ataupun tidak hujan.
Untuk itu pemerintah kota harus melihat hal ini, sebab pembangunan tidak akan berjalan dengan baik jika masyarakatnya sakit akibat dampak dari sampah yang berasal dari rumah tangga maupun industri menengah dan kecil. Selanjutnya DKP (Dinas Kebersihan & Pemakaman) tidak mungkin melihat masalah sampah yang ada di Kota Jayapura dengan sepenuhnya, sebab jumlah PNS yang ada di instansi ini berjumlah 110 orang dengan jumlah buruh 302 orang, sehingga mana mungkin 302 buruh tersebut dapat menangani sampah dari 236.456 jumlah penduduk Kota Jayapura yang semakin hari makin bertambah baik secara alamiah maupun non alamiah (migrasi). Sehingga perlu ada perhatian dari masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menangani masalah sampah

Permasalahan Kriminalitas
Permasalahan kriminalitas terjadi akibat timbulnya kecemburuan social terhadap seorang individu ataupun kelompok. Yang disebabkan oleh karena rasa ketidakpuasan terhadap status social yang sedang dijalani, sehingga terjadi banyak pencurian, pemalakan, pembunuhan dan pemerkosaan. Hal tersebut merupakan hal-hal yang terjadi sering terjadi di kota-kota besar yang ada di Indonesia, hal tersebut dilakukan karena tidak adanya lapangan pekerjaan.
Untuk itu pemerintah kota harus mampu melihat hal tersebut dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi para pengangguran ataupun para pencari kerja yang ada di Kota Jayapura, tetapi alangkah baiknya mereka diberikan modal usaha untuk turut membangun Kota Jayapura.

Permasalahn Lalu Lintas
Permaalahan lalulintas sering terjadi di Kota Jayapura karena tidak ada jalan alternative lain, jika hendak bepergian ke pusat kota. Apalagi jika kapal putih sedang sandar di pelabuhan Jayapura, atau jika terjadi demo besar-besaran di Kota Jayapura maka arus lalu lintas akan terhambat akibat hal-hal tersebut. Semuanya itu karena jumlah kendaraan yang semakin bertambah akibat jumlah penduduk Kota Jaypura yang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Untuk itu pemerintah kota dan pihak PJR Polda Papua harus menyikapi masalah lalu lintas dengan baik agar pengguna jalan raya merasa nyaman pada saat berkendaraan.

Daftar Acuan
Tabloid Jubi, Edisi 50/Tahun III, Kamis 17 – 30 Desember 2009
Edisi 55/Tahun III, Kamis 25 Februari – 10 Maret 2010
Tabloid Suara Perempuan Papua, No. 13 Tahun V, 6 April – 12 April 2009
Edisi XII Tahun VI, 21 – 28 Desember 2009
1. Topik/Obyek
“Peranan Air Bagi Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah”
(Oleh : Rudolf Doni Abrauw)

2. Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada kehidupan dimuka bumi ini yang dapat berlangsung tanpa air. Namun demikian perlu disadari bahwa keberadaan air di muka bumi ini terbatas menurut ruang dan waktu baik secara kuantitas maupun kualitas.
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pasal 29 menetapkan pada ayat 1 dan 2 bahwa “penyediaan sumber daya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Selanjutnya disebutkan bahwa air dalam setiap wilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan sumberdaya air yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan, keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem dan estetika.
Tanaman bawang merah merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didataran rendah sampai ketinggian 800 m diatas permukaan laut (dpl), tetapi pertumbuhan yang optimal biasanya dijumpai didaerah dengan ketinggian antara 10-250 m dpl.
Pembudidayaan tanaman bawang merah sangat bergantung pada air, karena air merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan panen bawang merah. Rukmana Rahmat (-------- : 48) melalui penelitiannya mengemukakakn bahwa “pemberian air 7,5 – 15 mm dengan frekuensi 1(satu) hari sekali rata-rata memberikan bobot basah umbi tertinggi”. Selanjutnya disebutkan bahwqa pada fase awal pertumbuhan tanah harus cukup lembab, sehingga pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari, tergantung pada keadaan iklim, kandungan air tanah, tingkat pertumbuhan tanaman, dan sifat perakaran tanaman.
Dari uraian diatas ternyata air mempunyai fungsi juga dalam menunjang kegiatan pertanian, khususnya tananman bawang merah. Sehingga yang menjadi topik/obyek yang hendak dikaji sebagai tugas individu yaitu “Peranan Air Bagi Budidaya Tanaman Bawang Merah”.

3. Kajian Pustaka
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 29 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa “Penyediaan sumberdaya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Penyediaan sumberdaya air dalam setiap wilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan sumberdaya air yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan poko, sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan, keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem dan estetika serta kebutuhan lain yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.
Dalam tulisan Rukmana Rahmat (------- : 11) dijabarkan bahwa tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai Palestina. Selanjutnya disebutkan bahwa tanaman ini merupakan tanaman yang tertua dari silsilah budidaya tanaman oleh manusia, karena hal ini ditunjukkan pada prazaman I dan II (3.200-2.700 SM) bangsa Mesir sering melukiskan bawang merah pada patung dan tugu-tugu mereka.
Pada penelitian Rukmana Rahmat (------- : 48) disebutkan bahwa pemberian air 7,5 mm dengan frekuensi 1(satu) hari sekali rata-rata memberikan bobot basah umbi tertinggi, karena pada fase awal pertumbuhan keadaan tanah harus cukup lembab, sehingga pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari dan tergantung pada keadaan iklim, kandungan air tanah, tingkat pertumbuhan tanaman dan sifat perakaran tanaman.

4. Kenyataan di lapangan dari obyek kajian anda bila dikaitkan dengan konsep geografi ekonomi
Dari hasil pengamatan lapangan dapat dikatakan bahwa ada kaitannya dengan geografi ekonomi karena adanya lokasi yang dijadikan sebagai tempat aktvitas, karena tanaman bawang merah merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman palawija yang dikembangkan pada lahan seluas 1 ha. Selanjutnya terdapat petani yang memiliki sumberdaya manusia dalam mengelola dan membudidayakan bawang merah sekaligus sebagai pelaku kegiatan ekonomi. Dari hasil budidaya tanaman bawang merah akan dipasarkan, yang mana pada proses inilah terjadi interaksi antara petani dan pembeli/peminat tanaman bawang merah.

5. Kenyataan di lapangan dari obyek kajian anda bila dikaitkan dengan:
a. Unsur dan fungsi perencanaan pembangunan ekonomi
Peranan air dalam budidaya tanaman bawang merah sangat menentukan. Karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani bahwa disekitar lahan pertanian sudah tiga tempat yang hendak dibuat sumur bor untuk pengairan tanaman bawang merah namun tidak mendapat air, sehingga petani memanfaatkan air selokan untuk mengairi tanaman bawang merah dengan bantuan mesin diesel Alcon. Selanjutnya berdasarkan penuturan petani bahwa tanaman bawang merah baru dikembangkan karena mengikuti perkembangan pasar, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumberdaya manusia petani bawang merah kreatif dalam membaca peluang pasar sehingga akan turut merangsang pertumbuhan ekonomi.

b. Syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan
Dalam membudidayakan bawang merah petani sudah merencanakan, untuk dikembangkan, walaupun kesulitan mendapat air untuk pengairan. Tetapi karena dorongan untuk membudidayakan maka petani mengairi bedeng-bedengan tanaman bawang merah dengan air selokan yang dipompa dengan bantuan diesel Alcon.
 Tanaman bawang merah dikembangkan karena berdasarkan informasi dari Petani bahwa, kebutuhan bawang merah yang ada tidak sedang didatangkan dari luar Papua.
 Tujuan dikembangkannya tanaman bawang merah adalah agar dapat meningkatkan pendapatan petani, walaupun kesulitan mendapat air dalam mengairi tetapi sudah ada tujuan yang realistis yaitu mencapai kesejahteraan maka dengan segala cara dan upaya petani bawang merah rela untuk membeli mesin diesel alcon agar dapat mengairi tanaman yang dibudidayakan.

6. Pemecahan masalah sesuai obyek kajian dikaitkan dengan strategi pembangunan ekonomi berdasarkan pendekatan geografi

Laporan Akhir MPG (Metode Penelitian Geografi)


A. Pendahuluan

1. Persiapan di Kampus

Pagi itu hari Jumat, 25 Juni 2010 kami mahasiwa Geografi Uncen Angkatan 2007 hendak pergi ke Kampung Yobeh untuk melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan Metode Penelitian Geografi. Tetapi sebelumnya kami mulai berkumpul di kampus dari Pukul 07.30 WIT. Saya sendiri tiba dikampus pukul 08.30 WIT, dan sambil menunggu dosen pembimbing dan teman-teman yang lain, kami mempersiapkan pengeras suara/wireless untuk menunjang kegiatan pelepasan mahasiswa peserta PKL MPG. Pukul 09.15 WIT dosen pembimbing kami tiba di kampus, dan sambil menunggu teman-teman yang lain dosen pembimbing kami memberikan arahan dan menjelaskan tentang jadwal PKL. Setelah selesai memberikan arahan singkat tentang jadwal, dosen pembimbing PKL MPG Bapak Drs. John Rahail, M.Kes, berjalan menuju ruangan Pembantu Dekan I FKIP untuk memohon kesedian PD I agar dapat memberikan sambutan sekaligus melepas peserta Praktek Kuliah Lapangan (PKL) MPG ke kampung Yobeh. Namun berhubung PD I tidak berada ditempat maka dosen pembimbing kami menghubungi dua dosen senior untuk turut hadir dan memberikan sambutan serta melepas peserta Praktek Kuliah Lapangan Metode Penelitian Geografi.

Sambil menunggu dosen pembimbing yang sedang menghubungi Bapak Drs. David Wambrauw, M.Si, Bus UNCEN tiba didepan Laboratorium Pendidikan Geografi pukul 09.25 WIT, agar tidak membuang-buang waktu, kami mengemas tas dan alat-alat konsumsi ke dalam Bus. Selang beberapa menit Bapak Drs. Marsum dan Bapak Drs. David Wambrauw, M.Si tiba di Laboratorium Pendidikan Geografi. Kemudian K’Budy mulai memandu acara pelepasan peserta, selanjutnya menyerahkan ke dosen pembimbing PKL untuk menjelaskan tujuan dilaksanakannya praktek kuliah lapangan adalah untuk mempraktekkan hal-hal yang diperoleh dalam bangku kuliah ketika turun ke lapangan.

Setelah menyampaikan tujuan pelaksanakan PKL maka dosen pembimbing kami Bapak Drs. John Rahail, M.Kes memberi kesempatan kepada Bapak Drs. Marsum, M.Si untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya “Bapak Drs. Marsum mengatakan bahwa jenis-jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, sehingga yang hendak kita lakukan adalah bagaimana mengambil data primer sehingga kita harus melakukan praktek lapangan agar dapat mengetahui bagaimana cara mengambil data yang baik. Selanjutnya dikatakan bahwa agar dapat mengetahui bagaimana cara melakukan pengambilan data yang baik, maka kita harus membaca teori-teori yang dperoleh dalam bangku kuliah juga literatur-literatur yang mendukung. Dalam sambutannya juga, Drs. Marsum, M.Si berpesan agar jangan kami menimbulakan masalah ketika berada di lapangan, dan hal-hal yang ditemukan dilapangan dan perlu untuk dicatat, harap supaya dicatat dan bila perlu catat sebanyak-banyaknya. Selain itu pula Bapak mengaharapkan agar kita harus menjaga citra lembaga atau almamater tercinta Universitas Cenderawasih dan jangan kami menjanjikan hal apapun pada masyarakat yang ada di kampung Yobeh. Selanjutnya Bapak menekankan agar kita harus meninggalkan kesan yang positif bagi masyakat yang ada di kampung Yobeh. Mengakhiri sambutannya Bapak Drs. Masum, M.Si mengingatkan agar hal-hal yang menyangkut individu harap disiapkan dengan baik, karena setiap kami dalam tim PKL MPG pasti mempunyai keluhan masing-masing, dan beliau mengharapkan agar kegiatan Praktek Kerja Lapangan dapat berlangsung dengan baik.

Selanjutnya diberikan kesempatan kepada Bapak Drs. David Wambarauw, M.Si untuk memberikan sambutannya sekaligus melepas peserta PKL MPG, dalam sambutannya Bapak mengatakan bahwa “Kami sebagai mahasiswa harus bersyukur, karena kami memiliki satu peluang untuk belajar, beliau mengaharapakan agar kami harus terus belajar dan berjuang agar dapat melebihi gelarnya. Hal yang paling ditekankan oleh Bapak Drs. David Wambrauw, M.Si adalah ketika seseorang sudah bisa melakukan penelitian dan penulisan, maka Ia dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu S-2. Beliau mengatakan bahwa jika kita tidak menulis, maka ketika bekerja dan pangkat serta golongan kita tidak akan naik-naik karena kita tidak memiliki keterampilan dalam penelitian dan penulis, sehingga beliau mengharapakan agar kami sebagai mahasiswa Geografi harus belajar untuk meneliti dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah. Mengakhiri sambutannya beliau sekedar intermeso dengan mengatakan bahwa “Jika kami kembali dari kampung Yobeh, kami harus kembali dalam jumlah yang sama, janga sampai lebih, karena biasanya mahasiswa yang melakukan penelitian-penelitian ke kampung pasti akan pulang ke kota dengan membawa bunga desa.” Setelah itu beliau memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan atas nama Ketua Program Studi beserta staf pengajar yang ada di Program Studi Geografi beliau melepas kami untuk pergi ke kampung Yobeh melakasanakan Praktek Kerja Lapangan Metodologi Penelitian Geografi. Saat itu jarum jam menunjukan pukul 09.50 WIT, sebelum kami bergegas untuk naik ke Bus, kami melakukan Doa bersama yang dipimpin oleh Saudari Eka Yeimo. Selanjutnya kami foto bersama dengan kedua Dosen Senior kami yaitu Bapak Drs. David Wambrauw dan Drs. Marsum, M.Si, setelah itu kami bergegas untuk naik ke Bus.

2. Perjalanan (Pergi & Pulang)

(Perjalanan Ke Kampung Yobeh)

Dua menit sebelum pukul 10.00 WIT kami bertolak dari Kampus UNCEN menuju ke kampung Yobeh, setelah kami keluar di Gapura UNCEN kenderaan boleh dikatakan masih cukup ramai tetapi tidak seramai pagi harinya ketika jam masuk kantor, jam masuk kampus dan aktivitas ke pasar. Kamipun menumpangi Bus, jika kita sudah lama tinggal di Kota Abepura maka kita akan mengetahui julukan untuk Abepura yaitu “Abepura Kota Pelajar” dan hal ini memang pantas diberikan bagi Abepura karena dipinggiran jalur jalan Abepura-Sentani berdiri satu Kampus Negeri yang terkemuka dan terkenal di Papua yaitu Universitas Cenderawasih, disamping itu pula ada dua kampus swasta yaitu USTJ, STT I.S Kijne, STFT Fajar Timur serta terdapat satu Akademi Keperawatan yang dikelola oleh BAPELKES Jayapura, yang berlokasi di Padang Bulan II tepatnya di pinggiran perbukitan denudasional. Selain Universitas, Sekolah Tinggi dan Akademi terdapat pula SMP bahkan SD. Di sepanjang wilayah Abepura hingga Waena Kampung, tepatnya di batas Kota/Kabupaten hany terdapat ± dua SMP yang terletak dipinggiran jalan yaitu SMP YPPK Santo Paulus dan SMP Advent, dan juga dua bangunan SD yang terletak dipinggiran jalan yaitu SD Advent dan SD YPK Yoka Baru. Seperti tadi sudah saya utarakan bahwa Abepura di juluki sebagai Kota Pejalar, namun bagi saya hal tersebut sudah tidak lagi nampak karena dari wilayah Padang Bulan dua tepatnya didepan Asrama Mahasiswa Pdt. Yan Mamoribo sudah nampak Ruko-ruko yang berjejer hingga tanjakan ale-ale. Kita ketahui bersama bahwa dari deretan ruko-ruko tersebut ada satu Ruko yang amat tinggi yaitu Hola Plaza, letaknya di sebelah barat Asrama Acemo dan Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA). Dan dibagian belakang tepatnya sebelah selatan Hola Plaza terdapat satu bukti yang telah dieksploitasi batuannya untuk dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan dan material timbunan untuk pengaspalan. Ketika kami sampai di depan Denzipur turun hujan rintik-rintik karena cuaca pagi itu lagi mendung, didepan Denzipur Waena terdapat Taman Makam Pahalawan Kesuma Trikora, sebelum dua lokasi TNI ini terdapat pula Balai Pemantau Spektrum Frekuensi Radio, juga ada terdapat bak penampungan air milik PDAM serta adanya dua tempat penjualan bunga hidup.

Dalam perjalanan, kami sempat berhenti didepan Bucen Waena tepatnya di Depot Air Minum untuk mengisi air Galon. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan, walaupun ada persimpangan Traffic Lamp tapi kami tidak berhenti karena Bus yang kami tumpangi tujuan Sentani. Di dekat persimpangan Traffic Lamp ada terdapat Bank Papua dan ± 300m Bank Mandiri dan Bank BRI Waena dan ±50m berdiri sebuah Supermarket & Dept Store Mega Waena, serta disebelah perempatan jalan terdapat Pengadilan Tata Usaha Negara, semuanya terletak disebelah kiri jalan jika kita dari arah Abepura-Sentani.

Taksi-taksi yang biasanya melayani wilayah Abepura dan sekitarnya serta taksi dari Sentani tempat akhir untuk mengangkut dan menurunkan penumpang berada di Expo Waena, disampin Museum Budaya Papua tepatnya dipersimpangan Buper Waena, tempat dimana taksi Abe dan Sentani parkir ini dinamakan sebagi Terminal, tetapi bagi saya sangat tidak cocok sebagai kawasan terminal karena tidak ada tempat yang luas bagi taksi-taksi untuk parkir, ataukah Expo Waena dijadikan sebagai kawasan terminal karena dekat dengan SPBU Waena hal ini belum tentu benar, tetapi dari informasi yang pernah dimuat di Harian Cenderawasih Pos diplot menjadi terminal karena dekat dengan Batas Kota antara Kota Jayapura dengan Kabupaten Jayapura.

Dalam perjalanan hingga tikungan yang ada disekitar wilayah Waena Kampung, saya kaget karena wilayah dua tahun lalu yang saya lihat sebagai hutan Sagu sekarang telah direklamasi, tetapi saya tidak tahu hutan sagu ditebang dan direkalamasi untuk kepentingan apa. Perjalanan dilanjutkan, dan sebelum batas kota ada Kawasan Tempat Pemakaman Umum, dan disebelah timurnya sudah ada gunung yang dikeruk pakai Eksavator, hal itupun saya tidak tahu untuk kepentingan apa, karena saya hanya melihat kenampakan-kenampakan tersebut untuk menunjang pembuatan laporan akhir. Dalam perjalanan, kami menyusuri jalanan yang dibuat mengikuti kontur perbukitan sepanjang danau Sentani. Pagi itu agak mendung namun keindahan danau Sentani dan perbukitan yang gundul ditengah danau sangat indah, ± 1km dari batas kota kami melewati Jembatan 2 (Kali Hubay), yaitu kali yang sering dimanfaatkan sebagai tempat pencucuian mobil dan motor-motor. Perjalanan kami lanjutkan hingga kami melintasi didepan Restaurat Asei Faa, yang didepannya terdapat Pos Lantas. Dalam perjalanan kami sampai di Telaga Maya dan ketika naik gunung dan tikungan kami dapat melihat tempat yang dijadikan sebagai lokasi prostitusi, bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura bahkan Kabupaten Keerom biasanya menjuluki lokasi ini “Sentani Kiri”. Dalam perjalanan banyak fenomena geografis yang diamati, yaitu ketika kami sudah tidak memandang keindahan danau Sentani, kami mulai melihat hutan Sagu yang berada disebelah kiri jalan dari arah Abepura-Sentani atau bagian selatan jalan menuju kampung Harapan Sentani, dan ± 600m sebelum pertigaan jalan menuju lokasi wisata Kalkote, ada terdapat sebuah Gereja Pentakosta Barachiel dan disebelahnya kantor Polsek Sentani Timur, setelah melewati pertigaan jalan di lokasi wisata Kalkote, supir Bus harus mengurangi kecepatan karena didepan SD Inpres 10/73 ada orangtua yang mengantar anaknya untuk mendaftar sehingga kami mengalami kemacetan, tapi tidak lama. Ketika menyeberangi jembatan yang terletak di kampung Harapan, saya dapat melihat lokasi Rindam XVII Cenderawasih, walaupun tidak begitu jelas, dan tampak gunung Cyclops ditutupi oleh awan karena cuacanya lagi mendung. Kamipun melaju dengan Bus, dan akhirnya hutan Sagu kami lewati dan tampak kembali danau Sentani, tepatnya mulai dari Restaurant Dapur Papua hingga kampung Netar. Di sepanjang jalan ketika Bus yang kami tumpangi melewati Kampung Netar, saya dapat melihat Asei Pulau dan ada beberapa pulau yang masih menjadi tanda tanya bagi saya, dan ±600 meter disebelah barat kampung Netar terdapat rumah pembenihan Ikan Mujaer, Nila dan Mas, dan tikungan yang berada di kampung Netar jalannya agar rusak atau mengalami penurunan karena tepat berada pada lokasi jalur air, yang mana pada bukit yang berada disebelah kanannya merupakan igir-igir yang tentu air akan selalu melali daerah tersebut, sehingga kendaraan yang melintasi jalanan yang sudah dibagi menjadi dua jalur harus mengurangi kecepatan dan berhati-hati.

Dalam perjalanan hingga didepan Hotel Sentani Indah tepatnya di kampung Hawaii dan disebelah barat SMK N 1 Sentani terdapat lokasi penggalian bahan galian golongan C, yang selanjutnya diangkut dan digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan, bahkan penimbunan dan pengaspalan jalan, dan disebelah kiri jalan atau tepatnya disebelah barat Hotel terdapat lagi satu buah SPBU, oleh karena itu bagi saya lokasi SPBU ini sangat strategis karena akan mempermudah pengendara yang dari arah Abepura bahkan dari Arah Sentani yang hendak melakukan kegitan di Hotel Sentani Indah, karena jika mereka hendak mengisi bahan bakar, maka pengendara tidak akan mencari jauh-jauh ke lokasi SPBU yang amat jauh. Kendaraan yang melintasi jalan Abepura – Sentani agak banyak apalagi ketika memasuki wilayah Kecamatan Sentani Kota, dan hal yang menarik ketika memandang kesebelah kiri jalan/bagian utara dari jalan dapat saya katakana bahwa wilayah pemukiman kearah utara tidak begitu luas karena ± 400-600 meter terdapat bukit-bukit jika dibandingkan bagian kanan jalan/sebelah selatan. Bukit-bukit tersebut dimulai dari Hawaii hingga pertigaan jalan menuju Rindam XVII Cenderawasih. Kendaraan disepanjang jalan Sentani Kota terbilang ramai sebelum sampai di pertigaan jalan menuju Bandar Udara Sentani kami melewati jembatan pertama yang pada tahun 2007 terjadi banjir besar dan mengalami kerusakan, dan sebelum pertigaan terdapat sebuah SPBU, yang terletak ditengah-tengah pusat kota Sentani, Lokasi SPBU ini sangat strategis dan juga turut memenuhi kebutuhan pengendara roda dua dan roda empat yang hendak mengisi bahan bakar. Dan disekitar lokasi ini pula perbukitan sudah tidak nampak dan yang tertampak adalah pegunungan Cyclops yang menjulang tinggi dan wilayah sekitar Bandara dan sekitarnya sangat landai. Bus yang kami tumpangi berbelok kearah pasar lama dan mulai melaju kearah kampung Yobeh, dan perjalanan kami menuju kampung melewati belakang lokasi Bandara.

Sekitar pukul 10.50 WIT kami berhenti di depan Kantor Kampung Komba, karena saat itu lagi hujan sehingga tidak ada yang turun dari Bus untuk berkomunikasi dengan Kepala Kampung Yobeh Bapak Alfred Felle, S.Sos dan beberapa Stafnya, malahan Bapak memberi isyarat agar kami melanjutkan perjalanan ke kampung Yobeh di tengah danau untuk acara penyambutannya. Perjalanan kami menuju kampung Yobeh dari lokasi kantor kampung, ±10 menit, dan akhirnya kami tiba ditepian Danau Sentani, tepatnya di jembatan yang biasa digunakan untuk menunggu perahu agar dapat menyeberang ke kampung Yobeh.

(Perjalanan Pulang Ke Abepura

Sore itu hari Minggu Pukul 15.30 kami bertolak dari Kampung Yobeh menuju Abepura, cuaca pada saat itu sangat cerah. Kendaraan yang lalu lalang tidak terlalu banyak karena pada saat itu hari minggu, tetapi ketika di pertigaan jalan masuk ke bandara Bus yang kami tumpangi harus mengurangi kecepatan karena kendaraan yang keluar masuk ke arqah bandara. Kondisi fisik ketika perjalanan pada hari jumat ketika menuju ke kampung tidak berubah, hanya saja ketika sampai di kampung Netar, pulau yang menjadi tanda tanya bagi saya sudah terjawab “yaitu Pulau Ifar Besar dan dari Kampung Netar dapat terlihat jembatan gantung serta selat antara kampung Ifar Besar dan bukit yang berada di bagian Utara serta atap sengk gereja yang baru di bangun di Kampung Hobong juga dapat terlihat. Hal ini membuat saya langsung dapat mengidentifikasi beberapa pulau yang terdapat di tengah danau, serta lokasi geografisnya.

3. Penerimaan Oleh Pemerintahan Kampung dan Masyarakat

Penerimaan oleh pemerintahan kampung sangat luar biasa, hal ini terlihat ketika Bapak Kepala Kampung tiba dijembatan, Beliau langsung memerintahkan aparatnya untuk menghubungi sebuah perahu agar dapat mengangkut barang-barang bawaan, kami peserta PKL MPG kekampung Yobeh yang letaknya ±100 meter dari tepian danau. Selang beberapa menit, perahu pun tiba dan kami pun mulai bergegas untuk menyeberang ke Yobeh. Perahu yang kami gunakan melakukan dua kali pengangkutan, yang mana angkutan pertama membawa tas-tas, alat-alat konsumsi, kebutuhan konsumsi dan beberapa peserta PKL. Setelah itu perahu balik dan mengangkut peserta PKL yang sisa dan Bapak dosen beserta Kepala Kampung. Saya sendiri ikut pada angkutan yang kedua. Perahu yang kami tumpangi langsung diarahkan ke Puskesmas Pembantu (Pustu) yang belum diserahakan dari pemerintah Propinsi ke pemerintahan kampung, tetapi oleh pemerintah kampung, kami diizinkan untuk menggunakannya sebagai Posko PKL MPG selama tiga hari dua malam.

Beberapa saat setelah tiba, kami langsung pada acara penerimaan oleh pemerintah kampung. Dalam acara tersebut, dipandu oleh Saudara Budi Usmaja, ketika menyampaikan beberapa hal Saudara Budi Usmaja mempersilahkan kepada Dosen Pembimbing untuk menyampaikan tujuan kami melaksanakan PKL. Dalam pembicaraannya dosen kami mengemukakan bahwa ”Kami dari Kampus Universitas Cenderawasih Jayapura Program Studi Pendidikan kami hadir ditengah kampung ini sebagai salah satu perwujudan Tri Dharama Perguruan Tinggi, dengan peserta sebanyak 21 orang dan satu orang dosen pembimbing yaitu saya sendiri, disamping itu pula beliau menyampaikan bahwa tujuan kami melaksanakan PKL juga akan membantu dalam penyusunan data dasar bagi pemerintahan kampung Yobeh. Setelah itu dosen pembimbing kami Bapak Drs. John Rahail, M.Kes mempersilahkan Kepala Kampung Yobeh Bapak Alfred Felle, S.Sos untuk memberikan sambutan sekaligus menerima kami untuk melaksanakan PKL di kampung Yobeh. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa “masyarakat dikampung sangat berterima kasih karena kami memilih kampung Yobeh sebagai lokasi praktikum, selanjutnya beliau mengatakan bahwa pernah ada mahasiswa dari STIE O.G Jayapura dan Akes Jayapura pernah melaksanakan PKL di kampung selama satu bulan. Beliau mengira kami juga akan PKL selama satu bulan, tapi kami serentak menjawab bahwa “kami hanya tiga hari saja”. Mengakhiri sambutannya Bapak Kepala Kampung mengatakan bahwa “kami harus memahami keadaa yang ada dikampung karena masih banyak kendala dan kekurangan dalam pembangunan di kampung Yobeh. Beliau juga menekankan bahwa di kampung ada norma-norma yang mengatur sehingga jangan kami sebagai mahasiswa bersikap dan bertindak yang aneh-aneh, dan satu hal mengenai kebiasaan ibu-ibu jikalau hendak mengambil air untuk masak dan minum, biasanya mereka mendayung hingga ke tengah danau kemudian megambil air denga gen. Tetapi beliau bersyukur karena bantuan pemerintah melalui PNPMN Mandiri dalam membangun sarana air bersih turut mendukung dalam penyediaan sarana air bersih untuk masak, mencuci, dan mandi serta kebutuhan lainnya”: dan beliau mengatakan bahwa atas nama masyarakat dan pemerintah kampung, beliau menerima kami untuk melakukan PKL di Kampung Yobeh. Setelah selesai memberikan sambutan, belian mengembalikan Microphone ke Saudara Budi, kemudian kami lanjutkan dengan makan bersama. Sehabis makan, Kepala Kampung dan Dosen pembimbing kami bercakap-cakap ± 1 jam. Setelah itu beliau mohon pamit untuk kembali ke Komba, dan jika ada hal-hal yang kami rasa penting, Beliau menyarankan agar kami dapat menghubungi Ketua RT setempat.

Bagi saya penerimaan masyarakat kampung, sangat luar biasa. Hal ini terbukti ketika mereka berusaha membuka pintu-pintu ruangan yang tertutup agar kami dapat menggunakan ruangan-ruangan tersebut untuk beristirahat, dan ketika kami melakukan observasi dengan berjalan memutari kampung, masyarakat sangat ramah dan sopan terhadap kami. Setelah observasi selesai teman-teman putrid bermain volley bersama-sama dengan teman-teman pemudi yang ada di kampung, sedangkan saya menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Ibu Ester, dan Ibu tersebut mengatakan bahwa Ia mendapat informasi dari masyarakat kampung bahwa kami akan praktek selama satu bulan, dan saya pun hanya tertawa dan mengatakan bahwa kami praktek di kampung Yobeh hanya tiga hari. Karena kata Ibu bahwa dulu mahasiswa STIE O.G dan Akes melaksanakan praktek selama satu bulan, ibu pun menambahkan bahwa karena mereka praktek selama sebulan maka ketika mereka pulang kembali ke Abepura mereka diberi sagu, ikan dan pisang oleh masyarakat kampung.

Pada hari kedua kami dikampung, hal yang sama saya kembali temukan ketika melakukan wawancara di rumah Bapak Jusuf Ohee, sehingga dalam hati saya berkata bahwa masyarakat kampung sangat ramah dan sopan, sehingga mereka menginginkan agar kami dapat berlama-lama di kampung mereka agar ada rasa kebersamaan dan saling berbagi tentang kehidupan mereka kepada kami mahasiswa. Setelah dari rumah Bapak Jusuf Ohee, saya menuju ke rumah nomor 10, setelah memberikan salam, saya dipersilahkan masuk. Sebelum melakukan wawancara, saya menjelaskan tujuan kami wawancara dari rumah ke rumah, sebelum wawancara saya menanyakan nama Bapak. Bapak yang saya wawancarai namanya Loudik Sokoy, setelah itu saya melanjutkan wawancara hingga pertanyaan yang ada di kuesioner terjawab semua. Ketika selesai wawancara saya diizinkan untuk meneguk dua gelas teh manis dan mencicipi roti yang telah disediakan, sambil makan dan minum, Bapak Loudik bertanya “Anak dorang tinggal di kampung sini satu bulan k?”, jadi kalau ada tidak ada kegiatan harap main-main ke rumah sini ya.. , dan saya pun menjawab “ah.. tidak Bapa, hari minggu kami sudah balik ke Abepura, kami di sini hanya tiga hari”. Setelah selesai minum teh dan makan roti, saya mohon pamit karena hendak kembali ke posko untuk bergabung dengan teman-teman dan harus mendengarkan arahan dari Dosen Pembimbing kami terkait dengan kegiatan yang kami lakukan.

Pada hari ketiga, setelah selesai Ibadah Minggu pagi, kami mulai beres-beres dan mempersiapkan makan siang sambil menunggu Bapak Kepala Kampung di Posko, tiba-tiba Bapak RT dengan speed vibernya merapat dibelakang Posko yang kami tempati dan memanggil kami untuk mengangkat seloyang papeda, sepiring ikan dan satu karton. Walaupun ada kegiatan ibadah gabungan PKB di GKI Bethel Yobeh, tetapi Bapak RT dapat membagi waktu dengan baik sehingga dapat mengikuti acara pelepasan dan mengantar kami menyeberang dengan Speed Vibernya. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa, seandainya kami praktek selama satu bulan pasti kami akan diservis terus oleh masyarakat kampung.

B. Kegiatan Lapangan di Kampung Yobeh

  1. Hasil Observasi/Pengamatan, wawancara umum, dan aspek aspek yang terdapat di Kampung Yobeh
  • Letak geografis

Secara geografis letak koordinat Kampung Yobeh berada pada koordinat 02036’12,2’ LS dan 140031’29,9’ BT . Berdasarkan letak koordinat maka dapat dikatakan bahwa Kampung Yobeh terletak di daerah beriklim tropis. Kampung Yobeh jika dilihat secara kasat mata merupakan sebuah pulau yang letaknya dipinggiran Danau Sentani, karena jaraknya ± 100 meter dari tepian danau tetapi memanjang kearah selatan, dan berada diantara Pulau Ifale dan Kampung Yahim dan Kehiran.

  • Letak administratif

Secara administratif, kampung Yobeh merupakan salah Kampung yang termasuk dalam wilayah administrative Distrik Sentani – Kabupaten Jayapura dengan batas-batas wilayah pemerintahan yaitu :

§ Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Dobonsoslo;

§ Sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Hobong;

§ Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Yahim dan Kehiran; dan

§ Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Ifar Besar dan Kampung Sentani.

  • Letak sosial-ekonomi

Letak sosial ekonomi Kampung Yobeh, kurang strategis karena merupakan sebuah pulau yang berada ditepian danau Sentani dan tidak memiliki potensi yang begitu baik untuk dikembangkan dan kondisi fisik kampung yang tidak mendukung untuk dikembangkan usaha yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, sehingga segala yang dibutuhkan masyarakat harus menempuh jarak ± 5-6 Km agar dapat mendapat pelayanan kesehatan, memasarkan hasil kebun bahkan ke tempat anak-anak mereka mengenyam pendidikan. Berdasarkan RPJMK disebutkan bahwa Kampung Yobeh terletak disebelah selatan kota Sentani dengan jarak ±10 Km, yang dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor dan juga menggunakan jalan darat yang menghubungkan Kampung Yobeh dan Kota Sentani.

  • Keadaan demografi

Berdasarkan data pemerintahan Kampung Yobeh yang termuat dalam RPJMK, disebutkan bahwa jumlah penduduk Kampung Yobeh ± 116 jiwa yang terdiri dari laki-laki 62 jiwa dan perempuan 54 jiwa. Dari jumlah tersebut terbagi menjadi 2 RT, dengan rincian RT I 20 KK dan RT II 14 KK, sehingga jumlah keseluruhan KK yang ada di Kampung Yobeh adalah 34 KK.

  • Keadaan sosial-ekonomi

Penduduk Kampung Yobeh pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, dan dalam bercocok tanam mereka masih menggunakan sistem pertanian tradisional dengan sistem ladang berpindah, yang mana lahan dibersihkan, ditebas dan dibakar kemudian ditanami, disamping itu pula ada yang bermata pencaharian sebagai nelayan, PNS dan swasta.

Responden yang saya wawancarai, berprofesi sebagai PNS tetapi pada hari sabtu libur kantor, beliau menyempatkan diri untuk melihat tananaman perkebunan Kakao, Pinang, dan Matoq yang beliau kembangkan.

  • Keadaan sosial-budaya

Masyarakat Kampung Yobeh terdiri dari tiga marga/keret besar yang memiliki hak atas Kampung Yobeh, yaitu : Keret Felle, Sokoy dan Kalem. Dalam hal kepemimpinan komunitas adat diwariskan secara turun temurun berdasarkan garis keturunan (Hak Kesulungan). Bahasa asli masyarakat Kampung Yobeh adalah bahasa Sentani dengan dialek Sentani Tengah.

Penduduk Kampung Yobeh, seluruhnya menganut agama Kristen Protestan, dan di Kampung Yobeh hanya terdapat satu buah Gereja yaitu Gereja Jemaat GKI Bethel Yobeh, dengan jumlah anggota jemaat ±107 jiwa (berdasarkan data RPJMK), sedangkan mereka yang beribadah pada Gereja Pentakosta dan Advent biasanya beribadah di kampung lain.

Lembaga pendidikan di Kampung Yobeh tidak ada, tetapi jika di RW II Kampung Komba ada sebuah SD dan TK. Berdasarkan hasil pengamatan, banyaknya minat dan semangat anak usia sekolah (SD, SLTP, SLTA dan PTN/PTS) namun rendahnya daya ekonomi dari para orang tua untuk menyekolahakan anak-anak mereka karena kebanyakan masyarakatnya merupakan petani dan nelayan tradisional yang belum memiliki perencanaan dengan baik.

Pelayanan kesehatan di Kampung Yobeh belum nampak karena hanya bangunannya yang ada tetapi segala fasilitas bahkan tenaga medis tidak ada. Sedangkan di RW II Komba ada terdapat sarana kesehatan, itupun hanyalah sebuah Posyandu bagi Balita, sehingga masyarakat yang sakit harus berusaha mencari puskesmas bahkan harus ke RS Yowari untuk berobat.

  • Keadaan sarana dan prasarana

Keadaan sarana dan prasarana yang terdapat di Kampung Yobeh adalah sarana dan prasarana umum dan sarana-prsarana yang mendukung pembangunan sosial, budaya dan ekonomi, yang terdiri dari sarana-prasarana umum, sarana-prasarana perumahan masyarakat, sarana-prasarana kesehatan, sarana-prasarana keagamaan, sarana-prasarana adat serta sarana-prasarana olahraga.

Sarana-prasarana umum yang terdapat di Kampung Yobeh adalah jaringan pipa Air Bersih yang disalurkan ke rumah-rumah, jaringan Listrik Negara, serta dermaga.

Sarana-prasarana perumahan masyarakat berjumlah 34 buah rumah, berupa rumah panggung sederhana dengan dinding terbuat dari papan dan ada beberapa rumah yang masih menggunakan pelepa sagu (gaba-gaba) dan atap sengk. Dari hasil pengamatan dan informasi yang diterima bahwa rumah yang panggung yang berdinding papan merupakan rumah bantuan pada saat Festival Danau Sentani I (FDS I) Tahun 2008, sedangkan yang berdinding dari gaba merupakan hasil swadaya sendiri.

Sarana-prasarana kesehatan di Kampung Yobeh hanyalah sebuah bangunan Puskesmas Pembantu yang tergolong semi permanen bagi ukuran rumah panggung tetapi tidak ada fasilitas, dan tenaga medis yang ditempatkan. Sehingga menyulitkan masyarakat ketika ada yang menderita sakit.

Sarana-prasarana keagamaan di Kampung Yobeh terdiri dari sebuah Gedung Ibadah permanen, tetapi fasilitas dalam gedung ibadah yang belum lengkap, serta tidak adanya rumah bagi pelayan yang melayani di Jemaat GKI Bethel Yobeh.

Sarana-prasarana adat yang terdapat di Kampung Yobeh belumlah jelas karena berdasarkan penuturan Ibu Ester Suebu selaku Istri dari Kepala Suku Sokoy mengatakan bahwa rumah untuk Ondofolo tidak disiapkan, sehingga mereka menggunakan rumah mereka sebagai tempat untuk pertemuan. Untuk diketahui oleh kita bahwa, rumah Kepala Suku Kalem terletak disebelah utara dermaga (rumah 18), selanjutnya Kepala Suku Sokoy rumah 13 (berdasarkan observasi), sedangkan rumah Kepala Suku Felle rumah 12 (berdasarkan observasi), sedangkan untuk lapangan tempat pesta adat tidak berada di kampung Yobeh (dari hasil wawancara).

Sarana-prasarana olahraga yang terdapat di Kampung Yobeh hanyalah sebuah lapangan Volley tetapi tidak memiliki fasilitas yang memadai serta belum permanen karena merupakan lokasi pinjaman.

2. Mendeskripsikan permasalahan sosial ekonomi dalam pembangunan

Permasalahan sosial ekonomi yang ditemukan di lapangan adalah masalah kesehatan masyarakat, pendidikan serta masalah lingkungan hidup sekitar Kampung Yobeh.

Permaslahan kesehatan dianggap merupakan salah satu masalah yang dialami oleh masyarakat kampung karena, ketika ada anak-anak yang sakit, atau Ibu hamil ataukah terserang penyakit secara tiba-tiba maka masyarakat harus bersusah payah agar dapat mengantar pasien ke rumah sakit.

Permasalahan pendidikan juga dapat dikatakan sebagai hal yang dialami oleh kampung Yobeh, karena jika dilihat anak-anak usia sekolah banyak tetapi karena rendahnya daya ekonomi dari para orang tua sehingga mereka tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Sebab kita ketahui bahwa, Kampung Yobeh terletak di danau, maka mereka harus menyeberang, kemudian menjangkau sekolah dengan menggunakan ojek, itupun jika mereka memiliki uang. Hal ini akan berlangsung terus dan pasti anak-anak mereka akan malas sehingga tidak ada keinginan untuk ke sekolah.

Permasalahan lingkungan hidup di sekitar Kampung Yobeh dikatakan juga sebagai permasalahan yang dialami oleh kampung, karena jika air danau naik maka, tempat yang biasaya dipakai sebagai jalan kampung akan tergenang. Hal ini telah terjadi berulang kali jika air danau naik, tetapi belum juga ditanggapi oleh pemerintah kampung. Sebab dari hasil wawancara dengan Bapak Loudik Sokoy, beliau mengatakan bahwa masyarakat menginginkan agar dibuatkan bronjongan sehingga dapat mengantisipasi ketika air danau naik dan juga menahan erosi yang terjadi dari bukit/pulau, karena struktur batuan penyusun pulau adalah kelompok batuan ultra basa (ultramafik ignous rock) yang telah mengalami pelapukan pada beberapa sisi pulau sehingga jika hujan, maka akan tererosi dan dapat menyebabkan pendangkalan di danau.

Permasalahan lain juga yang di alami oleh masyarakat Kampung Yobeh adalah masalah kurangnya pemberdayaan ekonomi rakyat, karena berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara sebenarnya potensi perikanan keramba dapat dikembangkan dengan baik jika ada perhatian serius dari aparat kampung, karena sudah ada penyuluhan perikanan bagi sebagian masyarakat (dari hasil wawancara kelompok), tetapi mereka membudidayakan ikan di keramba hanya untuk kebutuhan konsumsi, tetapi pembudidayaan untuk dijual belum terlihat dengan jelas. Di samping itu pula, bantuan-bantuan pemerintah dalam bentuk dana yang kadang dikeluhkan masyarakat karena kadang tidak jelas.

3. Mendeskripsikan upaya penanggulangan masalah yang telah dilakukan

Upaya penanggulangan masalah kesehatan belum juga dilakukan, karena walaupun Puskesmasnya sudah dibangun dari tahun 2008, tetapi belum ada tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh bangunan.

Upaya penanggulangan masalah pendidikan juga belum dilakukan, walaupun dilakukan akan membutuhkan dana yang sangat besar, sebab kondisi fisik pulau tidak memungkinkan untuk dibangunnya sekolah, kalau hendak dibangun maka akan menyerupai panggung/sekolah terapung diatas danau, dan belum tentu akan disepakati oleh pemilik hak ulayat. Jika hal ini belum dilakukan, maka akan ada banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati pendidikan.

Upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah lingkungan hidup juga belum dilkakukan, karena tidak ada kesepakatan bersama oleh masyarakat pemilik hak ulayat. Begitupula masalah pemberdayaan masyarakat belum dilaksanakan dengan baik, karena tidak ada keterbukaan dari pemerintah kampung.

Dari hasil yang ditemukan, bahwa ketika sarana air bersih hendak dibangun pernah terjadi pro-kontra antara masyarakat, karena marga yang bukan berasal dari pulau yang mendukung hal ini karena dikatakan bahwa air danau sudah tercemar sehingga perlu untuk mencari air bersih ke dalam tanah dengan melakukan pengeboran. Berdasarkan informasi, dikatakan bahwa pengeboran untuk mendapat air ±15-20 meter tetapi airnya masih keruh.

C. Analisa dan Pembahasan

Berdasarkan aspek-aspek diatas maka jika dikaitkan dengan topic saya, maka dapat dikatakan bahwa Kampung Yobeh merupakan suatu Kampung yang berada ditengah danau sehingga pola pemanfaatan lahan untuk sarana-prasarana yang sangat vital bagi kebutuhan masyarakat akan sangat sulit untuk dikembangkan, karena kondisi fisik pulau yang tidak memungkinkan. Sebab dari hasil observasi, pemanfaatan pulau hanya untuk lahan gereja, lahan jasa(sarana air bersih, WC umum), dan juga lahan rekreasi(lapangan bola volley). Sedangkan lahan pemukiman, tidak ada karena rumah-rumah yang terdapat di Kampung Yobeh semuanya berupa rumah panggung, dan juga tidak adanya lahan pertanian dan perkebunan, tetapi jika bertani dan berkebun masyarakat harus keluar dari pulau agar dapat bertani dan berkebun.