Sungai
Jaifuri Hendak Dikeruk : Bukan Solusi
Naiknya muka air danau
sentani merupakan fenomena alamiah yang bisa terjadi kapan saja, jika sudah
tidak ada keseimbangan alam di pinggiran danau sentani bahkan dari
sungai-sungai yang bermuara di danau sentani tidak diperhatikan dengan baik.
Hal ini haruslah demikian karena danau sentani terbentuk secara alamiah bukan
secara buatan akibat timbunan bebatuan, tanah maupun pasir. Sehingga jika kita
mengamati pengerukan bukit-bukit yang berada sekitar 50 – 100 meter dari arah
pinggiran danau sentani bahkan ekosistem hutan sagu untuk pelebaran jalan oleh
Balai Besar Konstruksi Jalanan X Papua. Pertanyaannya : Hasil kerukan mau
ditimbun kemana ?? Jawabannya pasti kita yang sering ke Sentani mengetahui
tempat pembuangan timbunan hasil kerukan.
Alam lingkungan akan
bersahabat dengan manusia jika manusia dalam memanfaatkan alam lingkungannya
dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. Artinya bahwa danau sentani dari
terbentuk ribuan bahkan berjuta tahun yang lalu akibat pengangkatan kerak bumi,
yang dipengaruhi oleh aktivitas pergerakan lempeng utama pembentuk Kepulauan
Indonesia khususnya Pulau Papua yaitu lempeng Pasifik yang bergerak ke arah
barat dan Indo-Australia yang bergerak ke arah utara maupun dari Eropa-Asia yang
bergerak ke arah timur-tenggara sehingga berpengaruh juga terhadap keseimbangan
kerak dasar danau sentani.
Dalam berita RRI Fajar
Papua Edisi Jumat, 05 April 2013 pukul 06.30 s/d 06.50 WIT, terangkum berita
bahwa masyarakat yang berada di Kampung Yokiwa menanggapi harapan Anggota Dewan
Kabupaten Jayapura agar Sungai Jaifuri harus dikeruk sehingga muka air danau
yang naik dan menimbulkan kerugian sosial bagi masyarakat yang hidup di pinggiran
danau Sentani teratasi. Terkait dengan harapan tersebut Tokoh Masyarakat
Kampung Yokiwa Bapak Awoitauw menanggapi bahwa pengerukan sungai Jaifuri bukan
solusi untuk mengurangi kenaikan muka air danau, tetapi akan menimbulkan
masalah baru bagi masyarakat yang hidup di pinggiran danau Sentani karena air
danau akan berkurang pada saat musim kemarau. Karena menurut Bapak Awoitauw
biasanya pada saat musim kemarau, tinggi muka air sungai Jaifuri yang merupakan
outlet-nya danau Sentani kurang lebih
20-30 cm, jadi dapat diperkirakan bahwa jika Sungai Jaifuri dikeruk maka pada
saat musim kemarau tidak ada air yang mengalir di badan Sungai melainkan
sebagai air bawah tanah. Dampak berikut yang kemungkinan terjadi tentunya akan
menyebabkan pendangkalan di pinggiran-pinggiran danau yang merupakan tempat
bermuaranya beberapa sungai yang ber-hulu di Cyclops bahkan akan menimbulkan
terkontaminasinya air danau sehingga biota yang hidup di danau akan terancam
kepunahannya, bahkan air danau pun yang sering di konsumsi oleh masyarakat yang
hidup di pinggiran danau pasti sudah tidak layak di konsumsi.
Sebagai
seorang intelek, kami mendukung aspirasi masyarakat kampung Yokiwa yang
keberatan jika Sungai Jaifuri dikeruk sebab tidak akan memberikan solusi,
melainkan dampak terhadap keseimbangan lingkungan alam danau Sentani yang dari
awalnya terbentuk pada ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu akibat pengangkatan
bahkan pergeseran lempeng akan terganggu. Unutuk pengeruken sungai jaifuri kami
harapkan bagi Pemerintah Propinsi Papua bisa lebih profesional dan dalam
mengambil keputusan Pemerintah perlu mengkoordinasikan dengan pihak DAS kota
Jayapura dalam mengambil keputusan tersebut karena perlu dipertimbangkan dari
berbagai masalah yang meliputi masalah Fisis (fisik) dan masalah sosial
masyarakat yang berada di Kampung Yokiwa. Sungai jaifuri memiliki kaitan dengan
sungai skanto karena akan berdampak pada sungai Skanto dan sekitarnya, sungai
skanto yang saat ini dalam keadaan yang
sangat mengkhawatirkan karena mengalami proses erosi sehingga terjadi pelebaran
pinggiran sungai, serta sungai tami yang muaranya berakhir di pesisir skouw,
untuk itu pengerukan tersebut harus dipertimbangkan bukan hanya di danau
sentani dan juga sungai jaifuri tetapi seluruh daerah yang mempunyai kaitan
dengan sungai jaifuri dan danau sentani. Sehingga diharapkan dalam pengambilan
keputusan, harus melibatkan semua komponen yang berkaitan agar dapat duduk
besama membahas permasalahan naiknya permukaan air danau, guna menemukan solusi
yang tepat dan bijaksana, sehingga ke depannya tidak menimbulkan permasalahan
yang baru. (Agustinus Rumaikeuw dan Stevenson Wouw_Mahasiswa Geografi Uncen Angkatan 2011)